DbClix
SentraClix

Saturday, November 07, 2009

Avalokitesvara Bodhisattva - 觀世音菩薩 ( 1 )

Guan Shi Yin Pu Sa (Koan Si Im Po Sat – Hokkian) atau secara umum disebut Guan Yin (Kuan Im – Hokkian), dalam bahasa sansekerta disebut Avalokitesvara Bodhisattva. Dikenal secara luas sebagai Dewi Welas Asih, yang dipuja tidak hanya terbatas dikalangan Budddhis saja, tetapi dikalangan Tao dan semua lapisan masyarakat awam. Dewi ini sangat populer tidak hanya di Tiongkok saja tetapi juga di Jepang (yang disebut Kanon) dan Asia Tenggara.


Guan Shi Yin adalah terjemahan harfiah dari perkataan sansekerta, “Avalokitesvara” yang mempunyai arti sebagai berikut :
Guan …......Melihat atau merenungi.
Shi …………..Dunia, alamnya orang yang menderita.
Yin …………..Segala suara dari dunia, jeritan atau ratapan dari mahluk hidup,lahir maupun batin, yang kesemuanya ini menyentuh lubuk hati sang Dewi Welas Asih.
Sebab itu Guan Yin adalah Bodhisattva yang melambangkan hati yang welas asih dan penyayang, yang tertanam dalam – dalam dihati tiap pemujanya. Mereka percaya bahwa GuanYin dapat mendengarkan keluh – kesah mereka yang menderita dan datang menolong, dalam wujud yang berbeda – beda, baik pria maupun wanita.

Perwujudan Guan Yin.
Negeri – negeri yang menganut Agama Buddha seperti, Muangthai, Kamboja, India dan Vietnam. Boddhisattva ini biasanya ditampilkan sebagai pria. Hanya di Tiongkok saja Avalokitesvara Boddhisattva diwujudkan sebagai wanita dengan berbagai penampilan, antara lain :
1. Guan Yin menyeberangi lautan. Konon Guan Yin dari India menyeberangi lautan Sampai di Pu Tuo Shan, propinsi Zhejiang.
2. Guan Yin dengan hutan bambu ungu.
3. Guan Yin dengan keranjang isi ikan. Mengandung arti menyayangi mahluk hidup,sebab ikan itu akan dilepaskan kembali ke laut.
4. Guan Yin dengan 8 rintangan. Ini melambangkan Guan Yin dapat mengatasi berbagai kesukaran supaya dapat dengan tenang menerima ajaran Buddha.
5. Guan Yin bertangan seribu. Perwujudan mengandung makna bahwa Guan Yin mampu melakukan segala dan tahu segala hal.
6. Guan Yin berbaju putih. Maksudnya putih bersih tanpa dosa.
7. Guan Yin membawa anak. Merupakan pemujaan bagi mereka yang mendambakan anak.
8. Guan Yin membawa botol air suci, biasanya ditemani oleh sang bocah suci, Shan Cai, dan burung kakak – tua.
9. Guan Yin naik gelombang atau di atas sebuah batu karang, yang melambangkan keteguhan hatinya untuk menempuh berbagai kesukaran dalam menolong manusia.
Semuanya ada 33 bentuk perwujudan Guan Yin, dalam menolong umatnya yang membutuhkan. Yang disebutkan di atas adalah yang paling terkenal. Dalam Kitab Buddha yang asli hanya di sebutkan 16 rupa perwujudan.setelah diterjemahkan dalam Tionghoa diubah menjadi 33 rupa, sebab angka 33 itu sering digunakan oleh para cendikiawan Tionghoa sebagai angka yang suci.

Guan Yin, Pria atau Wanita :
Pada waktu memasuki Tiongkok sekitar dinasti Han, Agama Buddha memang memperkenalkan Avalokitesvara yang kemudian dikenal sebagai Guan Yin Pu Sa sebagai pria. Mulai dinasti Tang (618 – 907 M) dan lima dinasti (907 – 960 M).Guan Yin ditampilkan sebagai wanita. Mungkin ini terpengaruh ajaran Konfusianisme yang sangat berakar dalam sistem sosial masyarakat pada waktu itu. Mereka menganggap tidak layak wanita memohon anak dari seorang Dewata pria. Bagi para penganutnya, hal itu dianggap sebagai kehendak dari Guan Yin sendiri untuk mewujudkan dirinya sebagai wanita, agar ia dapat leluasa dengan kaum wanita yang banyak memohon uluran tangannya.

Kelihatannya perubahan ini terjadi secara berlahan – lahan. Mula – mula Guan Yin ditampilkan sebagai pasangan Avalokitesvara (seperti halnya Dewa – dewa dari India yang selalu mempunyai pasangan). Kemudian lambat laun, oleh penganutnya di Tiongkok, dewata pria Avalokitesvara mulai dilupakan. Sampai abad ke – 12 Masehi. Guan Yin telah dipuja sendirian sebagai Dewata yang khas Tiongkok, begitu juga Dewata – dewata Buddhist lainnya.

Perlu diketahui bahwa sebelum masuknya Buddhist ke Tiongkok, kaum wanita di sana sudah banyak memuja para dewi dari Taoisme yang mereka panggil dengan sebutan “Niang – niang”, sebagai tempat mereka memohon perlindungan, keselamatan dan keturunan. Sebab itu ketika muncul Guan Yin,mereka menyebutnya dengan panggilan Niang – niang pula. Sebutan Guan Yin Pu Sa yang sepenuhnya bersifat Buddhisme dikalangan rakyat akhirnya popular dengan sebutan “Guan Yin Niang – niang”. Tidak sampai di situ, kaum Taoist-pun akhirnya ikut pula memujanya, bahkan menempatkanya sejajar dengan Dewi mereka, yaitu Tian Hou (Tian Shang Sheng Mu). Nama Taoist untuk Guan Yin adalah Zi Hang Dao Ren (Zu Hang To Jin – Hokkian). Yang berarti pendeta penyelamat pelayaran. Begitulah Guan Yin memperoleh kepopuleran yang jauh melebihi Dewata Buddhisme yang tertinggi Sakyamuni Buddha, meskipun dalam banyak kelenteng dan vihara, Sakyamuni duduk di altar yang paling terhormat.

E.T.C. Werner dalam bukunya “Myths and legends of China” menyebutnya sebagai Buddhist Saviour atau Dewi penyelamat dari Buddhist, inilah kutipan dari buku itu tentang kepercayaan rakyat kepada Guan Yin :
“Ia disebut Guan Yin karena ia mau mendengarkan ratapan dari dunia dan turun mengeluarkan pertolongan. Ia memperoleh sebutan Buddha yang mengusir rasa takut. Kalau di tengah kobaran api, nama Guan Yin disebut, api tak akan dapat membakar. Di tengah hempasan ombak yang setinggi gunung, apabila namanya disebut akan sampailah pada air yang dangkal. Perahu yang tengah dihantam gelombang, apabila seorang awaknya menyebut nama yang maha penyayang, akan selamat sampai tujuan. Di tengah – tengah gemerincingannya tombak dan pedang di medan perang, apabila menyebut namanya akan luputlah ia dari maut. Kalau dalam dirimu ada iblis yang merasuki, sebutlah nama Guan Yin, dan anda akan memperoleh ketenangan dan kesucian batin. Nafsu amarah dan kebencian akan sirna kalau namanya diucapkan. Seorang yang menderita penyakit ingatan akan pulih kembali sehat kalau berdo’a kepada Guan Yin. Guan Yin yang maha pengasih dan penyayang akan memberikan seorang putra bagi para ibu yang mendambakannya,seorang putra yang tampan dan seorang putrid yang cantik. Seorang yang menyebutkan nama – nama dari 6.200.000 Buddha atau jumlah yang banyak laksana pasir sungai Gangga, sama nilainya dengan orang lain yang hanya mengucapkan nama “Guan Yin” sekali saja. Guan Yin dapat muncul dalam wujud Buddha, Pangeran, Pendeta, pelajar dan lain – lainnya. Dapat pergi ke negeri mana saja, mengkotbahkan ajaran suci ke segala penjuru”.

Guan Yin Berbaju Putih
Memang perwujudan Guan Yin tidak terbatas, tapi yang paling banyak dipuja secara meluas dari abad ke abad ialah Guan Yin berbaju putih. Sebab itu apabila kita melihat di berbagai kelenteg, sebagian besar adalah Guan Yin yang berbentuk demikian. Bentuk ini paling disukai dan paling popular diantara bentuk – bentuk lain. Patung Guan Yin baik yang bentuk dalam keadaan duduk atau berdiri, mempunyai makna sendiri – sendiri. Kebanyakan orang akan memilih yang dalam posisi duduk, sebab bentuk ini menimbulkan kesan terang, tentram dan anggun, merupakan gambaran pencerahan yang sempurna. Bentuk Guan Yin yang berdiri melambangkan geraknya yang penuh rasa penyayang. Ini diartikan oleh para pemujanya bahwa tindakannya yang penuh rasa kasih dan sayang itu mempunyai kekuatan untuk mencapai siapa saja yang membutuhkan pertolongannya. Dan Guan Yin selalu siap menghampiri dan membantu dengan uluran kasih dan perlindungan. Makna lain yang tersirat bentuk berdiri ini adalah melambangkan kesediaan Guan Yin untuk memberikan pencerahan kepada siapa saja yang menginginkan.

Guan Yin berbaju putih seringkali tampil dengan memegang botol yang berisi “Amrita” yaitu “ Embun Belas Kasih”, yang berkasiat mensucikan kotoran – kotoran dalam badan, ucapan dan batin manusia dan mempunyai kekuatan penyembuhan yang luar biasa. Diiringi dengan ekspresi wjah yang lembut, tenang dan manis, Guan Yin berbaju putih mencerminkan kebijaksanaan, ketenangan dan rasa kasih yang tak terhingga besarnya. Wajah inilah yang telah banyak memberikan ketenangan batin pada hati para pemujanya.

Bagaimana agar kita dapat menjadi penganutnya yang setia? Beberapa petunjuk dari mereka yang percaya yang telah mengalami sendiri rahmat dari Guan Yin mengatakan bahwa untuk menjadi penganutnya orang tidak boleh begitu saja percaya secara membabi buta dan bersembahyang setiap hari, tapi tetap dengan ingatan yang mementingkan diri sendiri. Harus melalui praktek perbuatan yang mencerminkan watak – wataknya seperti ramah – tamah, sering berbuat amal, sabar teguh hati, suka menolong, suka berbuat sesuatu yang memberikan manfaat bagi orang banyak dan meditasi. Dengan praktek – praktek seperti itu orang akan mendekatkan batinnya kepada Guan Yin dan menjadi pengikutnya. Dilihat dari sini, kita merasakan bahwa sebetulnya pemujaan Guan Yin mengandung suatu ajaran moral yang tinggi.

Kalau kita perhatikan , semua wajah dari patung Guan Yin tentu memiliki mata yang bisa kita katakan setengah terbuka dan setengah tertutup. Mata yang begini, dalam ilmu kebatinan Budhisme mempunyai arti keselarasan yang sempurna dari kehidupan lahir dan batin, sebab sebagian pandangan untuk melihat dunia luar dan sebagian lain untuk melihat dalam diri sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa GuanYin selalu mengingatkan manusia agar selalu menjaga keseimbangan dunia luar dan batin kita dengan segala kecenderungan.

Guan Yin Tangan Seribu
Seperti kita sebutkan bahwa salah satu bentuk Guan Yin yang terkenal adalah GuanYin bertangan seribu ( bermata seribu) atau Qian-shou qian-yan Guan Yin. Sebetulnya kalau kita hitung dengan teliti,jumlah lengannya hanya 39 dan masing – masing menggenggam benda pusaka keagamaan, yang terbanyak berupa bunga dan senjata penakluk iblis. Pada tiap telapak tangan terdapat sebuah mata. Dalam legenda dikisahkan pada waktu ia sedang dalam meditasi dan merenungkan tugasnya untuk menyelamatkan dan kebahagiaan semua mahluk yang berdosa, kepalanya tiba – tiba terbelah menjadi seribu kepingan, tepat pada saat ia menyadari betapa berat dan besarnya hal yang dilakukan itu.O-mi-tuo-fo (Amitabha), Bapak pembimbingnya, cepat datang untuk menolong dan menghidupkan kembali Guan Yin serta juga memberikan kesakitan untuk berubah menjadi bentuk kepala seribu itu. Matanya yang seribu, melambangkan watak Guan Yin yang penuh belas kasihan, mampu melihat segala hal, sedangkan tangan seribu melambangkan kemampuannya menolong umat manusia dimana saja dan kapan saja.

Semua bentuk Guan Yin baik itu wanita atau pria berkepala tunggal atau ganda, bertangan sepasang atau banyak , dengan ekspresi wajah bengis atau penyabar, mempunyai arti sendiri – sendiri. Dan yang harus diingat, apapun bentuknya, GuanYin tetap menampilkan wataknya yang pengasih dan penyayang,bahkan walau ditampilkan dalam bentuk bermata dan bertangan seribu, sekalipun, beliau tidak kehilangan watak aslinya yang luhur.

Di kelenteng Pu Ning Si yang terletak di dalam komplek Istana Kekaisaran untuk persinggahan musim panas, di Chengde, Tiongkok Utara,terdapat sebuah patung Guan Yin yang bertangan seribu terbuat dari pahatan kayu, yang merupakan patung kayu terbesar di dunia, patung ini tingginya 22 meter dan dibikin pada tahun 1755.

Kemukjijatan Guan Yin
Diantara para Dewata yang dipuja di klenteng – klenteng, Guan Yin bagi penganutnya dianggap paling sering menurunkan kemujijatan. Seorang yang telah membaca mantra : Namo Da-Bei Guan Shi Yin Pu Sa, dengan penuh ketulusan akan menerima pertolongannya lambat atau cepat, tergantung dari karma orang tersebut pada saat mengucapkan, dan kadar kesungguhan dari mantranya.

Kemujijatan Guan Yin banyak disaksikan dan diceritakan oleh para pemujanya. Kalau kita pernah bertatap muka dengan mereka, tentu ada saja keajaiban yang dituturkan selama memuja Guan Yin. Seperti Perawan Suci, Maria, dalam agama katholik, yang seringkali dilaporkan menampakkan diri atau melakukan mujijat penyembuhan seperti di Lourdes, atau patungnya mencucurkan air mata, begitu juga Guan Yin Pu Sa. Yang kami tulis disini ada beberapa peristiwa baik yang dicatat dalam kitab suci maupun pengalaman atau kesaksian seseorang :

1). Yang termuat dalam kitab penting Agama Buddha, fayuan-zhu-lin, antara lain menceritakan tentang hal ihwal Sun Jing De (Sun Keng Tek – Hokkian). Sun Jing De adalah seorang pegawai negeri bagian urusan social di kota Dingzhou, yang hidup di negeri Wei. Sun Jing De ini sangat tekun bersembahyang kepada Guan Yin dan juga telah membuat sebuah patung Sang Dewi. Suatu ketika ia dilibatkan dalam suatu peristiwa perampokkan oleh salah seorang pelakunya. Tanpa pemeriksaan dan penelitian lagi, Sun Jing De secara serampangan lalu dijatuhi hukuman mati. Malam menjelang pelaksanaan hukuman mati, ia bermimpi bertemu seorang pendeta yang mengajarinya untuk membaca Do’a yang kemudian terkenal dengan nama Gao Wang Guan Shi Yin Jing, (Ko Ong Kuan Si Im Keng – Hokkian) sebanyak seribu kali agar dapat terbebas dari kematian. Paginya, pada saat digiring ke tempat pelaksanaan hukuman mati, Sun Jing De terus membaca do’a itu. Tepat pada pelaksanaan hukuman mati akan dilaksanakan, Sun Jing De berhasil mencapai jumlah do’a keseribu, dan pada saat golok lagojo menabas batang lehernya, terjadilah mujijat. Golok itu pecah menjadi dua. Semua orang yang hadir di tempat situ heran. Samapai tiga kali algojo mengganti goloknya, tapi tetap saja Sun Jing De tidak terluka sedikitpun. Ketika diteliti pada leher, patung Guan Yin buatan Sun Jing De di rumahnya, ternyata terdapat tiga garis seperti bekas benda tajam. Menerima laporan ini, perdana menteri negeri itu, Gao Huan, lalu memerintahkan agar Sun Jing De dibebaskan dari semua perkara, dan dianjurkan agar do’a Gao Wang Guan Shi Ying Jing itu ditulis dan disebarkan. Sejak itu dari do’a penolong Guan Yin ini terkenal sampai sekarang.

2). Sun Dao De, seorang yang hidup pada jaman dinasti Jin, sangat gemar berdo’a. pada umur 50 tahun belum dikarunia seorang anak. Seorang bikkhu yang tinggal dalam kelenteng dekat rumahnya menganjurkan agar membaca Guan Yin Jing (Koan Im Keng) sejak itu tak lama lagi isteri hamil dan kemudian melahirkan anak laki – laki.
3). Pada tahun 1923 bulan Maret, seorang perwira angkatan darat yang sering disebut sebagai Zhang Jiang-Jun, berangkat bersama keluarganya dari Shanghai ke Nanjing dengan pesawat terbang. Setelah mengudara beberapa saat, tiba-tiba pesawat itu mengalami gangguan mesin dan mulai tidak dapat dikuasai. Zhang Jiang-jun yang biasanya sering membaca Do’a penolong Guan Yin, lalu mengajak semua orang yang ada di situ untuk berdo’a bersama. Baru saja berdo’a, dari jendela pesawat tampak Dewi Guan Yin muncul dengan tersenyum diantara awan, dan pesawat yang hamper menhunjam ke bumi itu mendadak dapat kembali naik dengan mesin hidup kembali. Sekretaris Zhang Jiang-jun sempat memotret wajah Guan Yin yang muncul diantara awan itu.

4). Pada tahun 1973 seorang perwira angkatan udara Amerika (USAF) yang sedang mengadakan penerbangan patroli di atas selat Taiwan, melihat segerombolan awan hitam yang bentuknya aneh, dia lalu memotretnya. Setelah hasil bidikan kamera itu dicuci, tampaklah gambaran Guan Yin sedang berdiri di atas seekor naga yang sedang terbang. Peristiwa ini sanggat menggemparkan dan sempat dimuat oleh beberapa surat kabar terkemuka.

5). Peristiwa ajaib terjadilah pada tahun 1977 bulan Juni. Patung Guan Yin besar yang ada di Port Stanley, Hongkong telah bergerak secara ajaib. Kejadian didahului dengan memancarnya sinar dari batu permata yang ditempelkan pada dahi patung yang bersangkutan, dan disaksikan oleh banyak umat yang pada waktu itu sedang khitmah berdo’a. berita ini sempat dikutip oleh Pikiran Rakyat, Bandung, terbitan 7 – 6 – 1977, dari salah satu harian di Hongkong.

6). Seorang penulis dari Malaysia, Guan Ming, menceritakan pengalamnnya yang dimuat dalam buku yang berjudul “Popular Deities of Chinese Buddhisme” terbitan tahun 1985. pada pemulaan tahun 1979 penulis itu mengalami suatu peristiwa spiritual luar biasa yang telah merubahnya menjadi penganut Buddhist yang taat. Berminggu- minggu ia berdo’a kepada Tuhan untuk kesembuhan adik lelakinya yang mengidap kanker ganas. Rupanya do’a itu didengar oleh Yang Maha Kuasa dan secara tidak terduga Guan Yin Pu Sa muncul dihadapannya. Guan Yin tidak hanya menjanjikan kesembuhan buat adik lelakinya, tetapi juga mengatakan bahwa ia akan dikarunia seorang putra tahun berikutnya. Adiknya yang dinyatakan dokter hanya dapat bertahan hidup beberapa minggu lagi, ternyata sembuh total, dan dikaruniai seorang anak laki – laki pada tahun 1980, tepat seperti yang telah diucapkan oleh Guan Yin. Sejak itu sang penulis lalu mendirikan perkumpulan do’a Guan Yin yang berpusat di Malaysia, untuk menyebarkan agama Buddha dan memuja Guan Yin.

Membicarakan kemukjijatan Guan Yin mungkin akan memerlukan buku setebal Encyclopedia Britanica, karena tiap pemuja mempunyai cerita tersendiri tentang pengalamannya. Untuk mempercayai hal-hal demikian bagi orang awam memang tidak mudah, tapi apabila kita berkeyakinan bahwa semua agama adalah berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa dan diturunkan melalui Nabi –nabi yang berlainan adat kebiasaannya, dan pada jaman yang berbeda- beda, kita tidak usah heran akan kemujijatan seperti itu, sebab hal demikian – pun terjadi juga kepada penganut Agama – agama lain, dengan catatan mereka benar – benar melaksanakan ajarannya secara benar dan tulus. Sebab beragama itu sesungguhnya adalah pengalaman pribadi dan tidak dapat di paksakan kepada orang lain yang tentunya punya pengalaman yang berlainan tentang kita. Jadi yang benar adalah kita betul – betul melaksanakan ajaran agama masing – masing yang sesuai dengan diri kita dan mengamalkannya tanpa harus mencemooh kepercayaan orang lain dengan menganggap yang kita yakini adalah yang paling benar.dengan demikian kita dapat hidup dengan tentram dan damai jauh dari kegelisahan dan kemurkaan yang merusak batin.

Ahli Sejarah Bebicara Tentang Guan Yin
Ahli sejarah tentu saja mempunyai perbedaan pandangan dengan para pemuja dalam membicarakan tentang Guan Yin. Bagi mereka segala kemujijatan serta keajaiban yang dikaitkan dengan Guan Yin adalah sebuah dongeng yang sulit diterima oleh pikiran – pikiran ilmiah.

Yang mereka cari adalah apakah Guan Yin sungguh – sungguh berasal dari Avalokitesvara ataukah lebih dari itu. Memang berdasarakan catatan sejarah, pemujaan Guan Yin dimulai pada waktu Kumarajiva, seorang Biksu dari India, yang datang ke Tiongkok pada tahun 409, semasa Dinasti Jin. Setelah Kumarajiva menterjemahkan Sutra Fa Hua Jing ke dalam bahasa Tiongkok, pemujaan Guan Yin mulai umum. Pada masa kerajaan Liang (502 – 577 M) kebiasaan itu masih popular, dan mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Kaisar Wen Zong (827 – 840 M) dari dinasti Tang. Masalahnya kemudian adalah dari mana pemujaan ini berasal dan pengaruh apa yang menyebabkan.

Seorang sarjana berpendapat bahwa pemujaan Guan Yin berasal dari Syria dan Persi. Ia menganggap bahwa air suci dalam botol yang dibawa oleh Guan Yin sama dengan Atargatti, seorang dewi yang banyak dipuja Syria dan Persi, yang membawa air kehidupan. Yang lebih mengutarakan dugaan adalah Atargatti adalah dewi ikan, Guan Yin sering kali ditemani seekor ikan tambera. Tapi anggapan ini dapat dibantah. Kesamaan air suci antara kehidupannya memang boleh jadi hanya kebetulan. Tentang ikan yang menemani Guan Yin, ternyata bukan ciri khas Guan Yin seorang, sebab banyak dewata Buddhisme lain yang dipuja juga ditemani oleh ikan, terutama ikan tambera. Ikan tambera bagi orang Tionghoa mempunyai makna khusus yaitu lambang kegigihan dalam berjuang. Ahli sejarah lain berpendapat bahwa pemujaan Guan Yin dipengaruhi oleh budaya dari Mesir. M.C. Well dalam bukunya Panggung Sejarah Dunia, mengatakan “agama Dao di Tiongkok mempunyai seorang dewi yang disebut Sheng Mu atau Tian Hou. Kemudian namanya dirubah menjadi Guan Yin. Guan Yin sebetulnya dewata pria, yang mirip dengan Dewi Mesir ISIS. Isis inilah yangmempengaruhi Guan Yin, kehidupannya juga merupakan dewi lautan “. Sementara ini Gu Jie Gang dalam bukunya “Urutan Analisa Sejarah Kuno” mengatakan :” Yama atau Yan Luo (yaitu raja Akherat) bukanlah melulu ada di India saja, ini juga pengaruh dari Mesir. Yan Luo mungkin adalah penguasa akherat dari sungai nil yang bernama Osiris. Nil dalam bahasa Tiongkok adalah Niluo, suaranya mirip dengan Yan Luo. Kalau pendapat ini benar, maka dapat disimpulkan bahwa Guan Yin memang berasal dari Mesir”.

Mengenai pendapat ini, Li Sheng Hua seorang ahli sejarah dari Taiwan, dalam bukunya Guan Shi Yin Pu Sa Zi Yanjiu atau penelitian tentang Guan Yin, mengatakan tidak setuju. Ia berpendapat bahwa dalam dongeng Mesir. Isis adalah isteri dari Osiris. Tapi di Tiongkok, menurut Li Sheng Hua, Guan Yin dan Yan Luo memiliki kedudukan yang sangat berbeda, dan tidak pernah ada yang mengatakan bahwa Guan Yin adalah isteri Yan Luo. Dengan ini jelas tidak bisa disimpulkan bahwa Guan Yin berasal dari Mesir. Patung Isis yang menggendong anak, sama sekali tidak mirip dengan Guan Yin yang dalam pose serupa. Mengenai pendapat bahwa Isis dan Guan Yin sama – sama dewi Laut, ini merupakan kesamaan yang bersifat psykologis dari angan – angan manusia saja. Memang Guan Yin sebetulnya adalah Dewa bukan Dewi, tapi masyarakat sudah terlanjut menganggapnya sebagai Dewi, dan Dewi Welas Asih yang ada dari pelbagai Negara, umumnya juga merangkap menjadi Dewi Pelindung Lautan. Seperti halnya Dewi Welas Asih dari Agama Katholik Roma, Mater Dei dan Lain – lain, Guan Yin mempunyai jabatan yang sama. Selanjutnya Li Sheng Hua beranggapan bahwa untuk menerangkan masalah ini tidak cocok apabila digunakan teori penyebaran dongeng (Theory of Mythic Diffusion) tapi akan lebih cocok kalau dipakai “teori kesamaan cara berpikir secara kejiwaan” (The Theory of Similaruty of Mental Working). Kecuali pendapat – pendapat di atas, ada lagi suatu anggapan yang mengatakan bahwa pemujaan Guan Yin sesungguhnya berasal dari Maria – nya orang Kristen. Pada jaman dinasti Tang, Agama Kristen Nestorian memasuki Tiongkok dan mulai berkembang. Seorang pendetanya, Alopen, tiba di Changan, ibukota kerajaan Tang, pada tahun 635. tiga tahun kemudian ia memperoleh ijin untuk mendirikan kuil di sana. Oleh orang Tionghoa, Agama Nestorian ini disebut Jing – jiao.
Ahli – ahli sejarah yang mendukung teori bahwa Guan Yin adalah “pinjaman” dari Marianya agama Jiang – jiao mengatakan bahwa :

1). Agama Nestorian memuja Maria seperti kaum Katholik sekarang. Nestorian mula berkembang pada jaman dinasti Tang, pada jaman sebelumnya tidak ada Guan Yin yang ditampilkan sebagai wanita, barulah sesudah kaum Nestorian memperkenalkan Maria, maka bermunculan Guan Yin yang berbentuk wanita. Memang pada jaman Song (jaman sesudah dinasti Tang)masih ada Guan Yin yang ditampilkan sebagai pria. Ini hanya disebabkan karena penyebaran pemujaan Guan Yin sebagai wanita belum merata.

2). Orang yahudi tidak mengenal perbedaan kasta. Mereka, baik kaya atau miskin sama – sama tidak bersepatu. Dan Guan Yin juga selalu ditampilkan tanpa memakai alas kaki atau sepatu.

3). Maria dianggap Bunda Suci, sangat menyukai bunga mawar. Oleh kaum Buddhist, mawar kemudian di ganti dengan teratai. Sering juga Maria ditampilkan dengan memegang daun palem, yaitu kebiasaan orang Yahudi untuk menandai orang yang suka damai. Oleh kaum Buddhist, sebagai ganti daun palem, Guan Yin digambarkan membawa cabang Yang Liu (Willow). Meskipun tidak sama, perbedaan ini masih bisa ditelusuri asalnya.

4). Kaum Nestorian menganggap bahwa Maria mempunyai kekuasaan untuk membuat mukjijat, siapa berdo’a mohon kepadanya akan tertolong. Maria di anggap Dewi welas Asih yang dapat juga memberikan anak pada pemujanya. Pemujaan Guan Yin bagi kaum Buddhist juga mempunyai tujuan seperti itu.

Terhadap pandangan–pandangan ini. Li Sheng Hua tidak dapat menerima Ia berpendapat :

1). Kaum Nestorian sebetulnya tidak memuja Maria. Pendiri aliran ini, Nestro karena menolak penghormatan kepada Bunda Suci Maria, dipecat dari induk agamanya. Pada waktu itu kaum Kristen percaya bahwa Maria melahirkan putra Allah. Hanya aliran Nestorian saja yang tak menyetujuinya. Mereka hanya mengijinkan menggantungkan gambarnya sebagai tanda penghormatan, tetapi melarang pemujaan patungnya. Perbedaan waktu antara berdirinya aliran Nestorian dan masuknya ke Tiongkok tidak lama. Jadi mustahil kalau penganutnya di Tiongkok melupakan peraturan agamanya yang asli, lalu memuja Maria.

2). Kalau dikatakan bahwa karena Guan Yin dilukiskan tidak memakai sepatu, maka ia adalah tiruan, dari Maria, pendapat ini salah sama sekali. Penemuan patung dan gambar – gambar Buddha dari jaman sebelum dinasti Tang sudah digambarkan dengan tidak memakai sepatu, jadi jauh sebelum agama Nestorian masuk. Tidak hanya Guan Yin yang telanjang kakinya, Arhat dan Boddhisatva lain juga begitu.
3). Sebutan Dewi Welas Asih, pengasih dan Penyayang bagi Guan Yin Pu Sa, sudah ada pada kitab Suci fa-yuan-zhu-lin. Dalam kitab suci itu terdapat bagaian yang memuat Mantra Pemusnah Karma Jahat menyebutkan Namo Guan Shi Yin Pu Sa … Maha Pengasih dan Maha Penyayang ....... Penolong kesusahan dan Penolong Kesengsaraan…”. perlu diketahui bahwa Fa-yuan-zhu-lin ditulis oleh pendeta Dao Shi dari Vihara Ming Si pada jaman permulaan dinasti Tang. Jelas ini belum dipengaruhi oleh ajaran Nestorian yang pada waktu itu belum masuk. Kalau kitab Suci ini masih diragukan, masih ada kitab lain yang lebih tua misalnya Fa Hua Jing yang juga memuat Guan Yin Yang Maha Penyayang itu.

4). Patung Buddha digambarkan bertangan banyak dan membawa teratai. Teratai adalah lambing kesucian. Buddha Gautama dilahirkan pun dengan menginjak teratai. Sedangkan cabang pohon Yang-liu yang dibawa Guan Yin adalah pengaruh taoisme. Kaum Taoist punya kebiasaan menggunakan dahan Yang-liu untuk memercikkan air dalam upacara mengusir roh – roh jahat, dan menyembuhkan penyakit. Jadi jelas bukan merupakan tiruan dari pohon Palem yang dipegang oleh Bunda Maria.
Sedangkan pendapat yang mengatakan Guan Yin berasal dari India, adalah lebih tepat, tanpa perlu diragukan lagi keabsahannya. Tapi harus diingat bahwa Guan Yin India yaitu Avalokitesvara, hanya sebagai pendorong permulaan saja. Selanjutnya, baik dalam wujud penampilan dan sifat pemujaannya, Guan Yin telah sepenuhnya bersifat Tionghoa seratus persen, yang dipengaruhi oleh Taoisme.

bersambung ........

Related Post :

0 comments: