DbClix
SentraClix

Friday, January 01, 2010

Aliang dan Semangkuk Mie Kuah

Sore itu, Aliang ribut dengan ibunya.

Saking marahnya, Aliang lari dari rumah. Setelah jauh berjalan, barulah ia sadar bahwa ia tidak membawa uang sepeser pun. Perutnya lapar, dan pas berhenti di depan kios seorang penjual mie yang sedang menyajikan dagangannya. Baunya harum membuat ia bertambah lapar.


Penjual mie itu pandai membaca gelagat dan menyadari bahwa Aliang yang sejak tadi berdiri saja di depan kiosnya tentu lapar. "Nona, mau mie kuah?"
Aliang berkata terus terang: "Ya, tapi saya tidak punya uang."
Penjual itu merasa kasihan dan berkata : "Ga apa. Duduklah, saya akan berikan semangkuk mie kuah."
Tak lama ia pun memberikan semangkuk mie kuah. Aliang memakannya sambil menangis bercucuran air mata.

Penjual mie itu bertanya : "Mengapa nona menangis?"

Aliang menjawab : "Saya sangat terharu", katanya sambil menyeka airmatanya.
"Bapak baru saja bertemu saya, sudah bersedia memberikan saya semangkuk mie kuah. Ibu kandung saya, baru ribut sedikit masalah sepele, sudah mengusir saya. Bapak yang baru saya kenal malahan jauh lebih memperhatikan saya dibanding ibu saya sendiri."

Tukang mie itu menghela napas panjang dan berkata :

"Nona, mengapa berpikir demikian? Coba renungkan. Saya hanya memberi satu mangkuk mie saja, nona sudah merasa terharu. Ibu nona memasak nasi dan mie sejak nona masih kecil, sampai sebesar sekarang, mengapa Anda tidak merasa berterimakasih? Malahan ribut dengan ibu sendiri?"

Aliang sangat terkejut. Ia menyadari kekeliruannya.
Sungguh ia merasa menyesal. Hanya sekedar semangkuk mie dari seorang yang baru dikenal sudah membuatnya bersyukur. Sedangkan kepada ibunya ia tak pernah berterimakasih, padahal ibunya sudah memasak baginya setiap hari selama bertahun-tahun. Malah ribut gara-gara soal sepele.

Aliang pun bergegas pulang kembali ke rumah. Ia sulit menemukan kata apa yang akan diucapkannya kepada ibunya. Namun begitu ia tiba, ibunya ternyata sudah menunggu dengan wajah cemas dan berkata dengan nada kuatir :
"Aliang, syukurlah kamu sudah kembali. Ayo cepat masuk, ibu sudah menyediakan makanan untukmu. Lekas makan, kalau dingin nanti engga enak."

Aliang tidak kuasa menahan emosinya lagi. Tangisnya meledak di pangkuan ibunya.

Begitulah kita seringkali merasa berhutang budi pada orang-orang yang baru kita kenal hanya gara-gara kita mendapat sesuatu dari mereka.
Namun sesungguhnya terhadap orang-orang terdekatlah (terutama orangtua), kita tidak boleh lupa menyatakan terimakasih kita.

Related Post :

0 comments: