DbClix
SentraClix

Saturday, April 09, 2011

Mama Tercinta

‘Empat tahun’ yang lalu, kecelakaan telah merenggut orang yang kukasihi. Sering aku bertanya-tanya, bagaimana keadaan istri saya sekarang di alam surga? Baik-baik sajakah dia? Dia pasti sangat sedih karena sudah meninggalkan sorang suami yang tidak mampu mengurus rumah dan seorang anak yang masih begitu kecil.


Begitulah yang kurasakan, karena selama ini saya merasa bahwa saya telah gagaldan tidak bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak saya. Kebutuhan yang seharusnya harus dapat ku penuhi sebagai seorang ayah yang baik. Selain itu, saya juga boleh di katakan gagal untuk berperan menjadi ayah dan ibu untuk anak saya.

Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat kerja. Sehingga aku harus segera berangkat ke kantor dan anak saya masih tertidur waktu itu. Ohhh... aku harus menyediakan makanan untuknya. Karena masih ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk dia makan.

Setelah memberitahu anak saya yang masih mengantuk, aku segera bergegas berangkat ke tempat kerja. Peran ganda yang kujalani, membuat energiku benar-benar terkuras.

Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa sangat lelah, setelah bekerja sepanjang hari. Hanya sekilas aku memeluk dan mencium anakku, saya langsung masuk ke kamar tidur, dan melewatkan makan malam.

Namun, ketika aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan maksud untuk tidur sejenak menghilangkan kepenatan, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu yang pecah dan tumpah seperti cairan hangat! Aku membuka selimut dan..... di sanalah sumber 'masalah'nya ...

Sebuah mangkuk yang pecah dengan mie instan yang berantakan di seprai dan selimut! Oh. ..Tuhan! Aku begitu marah, aku mengambil gantungan pakaian dan langsung menghujani anak saya yang sedang gembira bermain dengan mainan nya, dengan pukulan-pukulan! Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta belas kasihan.

Beberapa saat setelah aku puas manghajar anakku, dia hanya memberi penjelasan singkat, "Papa, tadi aku merasa lapar dan tidak ada lagi sisa nasi. Tapi papa belum pulang, jadi aku ingin memasak mie instan. Aku ingat, papa pernah mengatakan untuk tidak menyentuh atau menggunakan kompor gas tanpa ada orang dewasa di sekitar.

Maka aku menyalakan mesin air minum ini dan menggunakan air panas untuk memasak mie.
Satu untuk papa dan yang satu lagi untuk saya. Karena aku takut mie'nya akan menjadi dingin, jadi aku menyimpannya di bawah selimut supaya tetap hangat sampai papa pulang.

Tapi aku lupa untuk mengingatkan papa karena aku sedang bermain dengan mainan saya. Saya minta maaf Papa".

Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku. Tetapi saya tidak ingin anak saya melihat ayahnya menangis, maka aku berlari ke kamar mandi dan menangis dengan menyalakan shower di kamar mandi untuk menutupi suara tangis saya. Setelah beberapa
lama, aku hampiri anak saya, memeluknya dengan erat dan memberikan obat kepadanya atas luka bekas pukulan dipantatnya. Lalu aku membujuknya untuk tidur.

Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan mie di tempat tidur. Ketika semuanya sudah selesai dan lewat tengah malam, aku melewati kamar anakku dan melihat anakku masih menangis. Dia menangis bukan karena rasa sakit di pantatnya, tapi karena dia sedang melihat foto mamanya yang dia cintai dan dikasihinya. Saya sadari, anaku merasa kehilangan mamanya.

Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, saya mencoba, dalam periode ini, untuk memusatkan perhatian dengan memberinya kasih sayang seorang ayah dan juga kasih sayang seorang ibu, serta memperhatikan semua kebutuhannya. Tanpa terasa, anakku sudah berumur tujuh tahun dan akan lulus dari Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang terjadi tidak meninggalkan kenangan buruk di masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa dengan bahagia.

Namun... belum lama, aku sudah memukul anakku lagi dan saya benar-benar menyesal. Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan memberitahukan bahwa anak saya absen dari sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari kantor, aku berharap dia bisa menjelaskan.

Tapi ia tidak ada dirumah dan aku pergi mencari di sekitar rumah kami, memangil-manggil namanya dan akhirnya menemukan dirinya di sebuah toko alat tulis sedang bermain komputer game dengan gembira. Aku marah, membawanya pulang dan menghujaninya dengan pukulan-pukulan lagi tanpa menanyakan apapun terlebih dahulu.

Dia diam saja lalu mengatakan, "Aku minta maaf, Papa". Selang beberapa lama aku selidiki, ternyata ia absen dari acara "pertunjukan bakat" yang diadakan oleh sekolah. Karena yang di undang adalah siswa dengan ibunya. Itulah alasan ketidakhadiran nya karena ia tak punya ibu…

Beberapa hari setelah penghukuman dengan pukulan rotan, anakku pulang ke rumah memberitahu saya, bahwa disekolahnya mulai diajarkan cara membaca dan menulis. Sejak saat itu anakku lebih banyak mengurung diri di kamarnya untuk berlatih menulis. Saya yakin, jika istri saya masih ada dan melihatnya, ia akan merasa bangga. Serta tentu saja anakku membuat saya bangga juga!

Waktu berlalu dengan begitu cepat. Satu tahun telah lewat. Saat ini musim dingin dan hari Natal telah tiba. Semangat Natal ada dimana-mana, juga di hati setiap orang yang berlalu lalang... Lagu-lagu Natal terdengar diseluruh pelosok jalan .... tapi astaga, anakku membuat masalah lagi.

Ketika aku sedang menyelasaikan pekerjaan di hari-hari terakhir kerja, tiba-tiba kantor pos menelpon. Karena pengiriman surat sedang mengalami puncaknya, tukang pos juga sedang sibuk-sibuknya, suasana hati mereka pun jadi kurang bagus. Mereka menelpon saya dengan marah-marah, untuk memberitahu bahwa anak saya telah mengirim beberapa surat tanpa alamat.

Walaupun saya sudah berjanji untuk tidak pernah memukul anak saya lagi, tetapi saya tidak bisa menahan diri untuk tidak memukulnya lagi. Karena saya merasa bahwa anak ini sudah benar-benar keterlaluan.
.
Tapi sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta maaf : "Maaf, Papa". Tidak ada tambahan satu kata pun untuk menjelaskan alasannya melakukan itu. Setelah itu saya pergi ke kantor pos untuk mengambil surat-surat tanpa alamat tersebut lalu pulang.
Sesampai di rumah, dengan marah saya mendorong anak saya ke sudut mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol apalagi ini? Apa yang ada dikepalanya?

Jawabannya, di tengah isak-tangisnya, adalah : "Surat-surat itu untuk mama....". Tiba-tiba mataku berkaca-kaca. .... Tapi aku mencoba mengendalikan emosi dan terus bertanya kepadanya: "Tapi kenapa kamu memposkan begitu banyak surat-surat pada waktu yang sama?"

Jawaban anakku, "Aku telah menulis surat buat mama untuk waktu yang lama. Tapi setiap kali aku mau menjangkau kotak pos itu, terlalu tinggi bagiku. Sehingga aku tidak dapat memposkan surat-suratku. Tapi baru-baru ini, ketika aku kembali ke kotak pos, aku bisa mencapai kotak itu dan aku mengirimkannya sekaligus".

Setelah mendengar penjelasannya ini, aku kehilangan kata-kata, aku bingung, tidak tahu apa yang harus aku lakukan dan apa yang harus aku katakan ....
Setelah berhasil meredam gejolak perasaaan ku, aku bilang pada anakku, "Nak, mama sudah berada di surga. Jadi untuk selanjutnya, jika kamu hendak menuliskan sesuatu untuk mama, cukup dengan membakar surat tersebut maka surat akan sampai kepada mama".

Setelah mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang, dan segera setelah itu, ia bisa tidur dengan nyenyak. Saya berjanji akan membakar surat-surat atas namanya, jadi saya membawa surat-surat tersebut ke luar, tapi.... saya jadi penasaran untuk tidak membuka surat tersebut sebelum mereka berubah menjadi abu. Salah satu dari isi surat-suratnya membuat hati saya hancur......

'Mama sayang',
Saya sangat merindukanmu! Hari ini, ada sebuah acara 'Pertunjukan Bakat' di sekolah, dan mengundang semua ibu untuk hadir di pertunjukan tersebut.. Tapi kamu tidak ada, jadi saya tidak ingin menghadirinya juga. Aku tidak memberitahu ayah tentang hal ini karena aku takut ayah akan mulai menangis dan merindukanmu lagi.

Saat itu untuk menyembunyikan kesedihan, aku duduk di depan komputer dan mulai bermain game di salah satu toko. Ayah keliling-keliling mencari saya, setelah menemukanku ayah marah, dan aku hanya bisa diam, ayah memukul aku, tetapi aku tidak menceritakan alasan yang sebenarnya.

Mama, setiap hari saya melihat ayah merindukanmu, setiap kali dia teringat padamu, ia begitu sedih dan sering bersembunyi dan menangis di kamarnya. Saya pikir kita berdua amat sangat merindukanmu. Terlalu berat untuk kita berdua, saya rasa. Tapi ma.., aku mulai melupakan wajahmu.

Bisakah mama muncul dalam mimpiku sehingga saya dapat melihat wajahmu dan ingat anda? Temanku bilang jika kau tertidur dengan foto orang yang kamu rindukan, maka kamu akan melihat orang tersebut dalam mimpimu. Tapi mama, mengapa engkau tak pernah muncul?

Setelah membaca surat itu, tangisku tidak bisa berhenti karena saya tidak pernah bisa menggantikan kesenjangan yang tak dapat digantikan semenjak ditinggalkan oleh istri saya ....
Untuk para suami, yang telah dianugerahi seorang istri yang baik, yang penuh kasih terhadap anak-anakmu selalu berterima-kasihlah setiap hari padanya. Dia ( istrimu ) telah rela menghabiskan sisa umurnya untuk menemani hidupmu, membantumu, mendukungmu, memanjakanmu dan selalu setia menunggumu, menjaga dan menyayangi dirimu dan anak-anakmu.

Hargailah keberadaannya, kasihilah dan cintailah dia sepanjang hidupmu dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Karena apabila engkau telah kehilangan dia, tidak ada emas permata, intan berlian yang bisa menggantikan posisinya. Percayalah !!!

by: Moralitas Yong

Related Post :

0 comments: