Kita setiap orang tentu mengetahui bahwa diri sendiri dilahirkan oleh ayah & ibu (orang tua). Tapi di antara sekian banyak orang tua, siapa pula yang melahirkan mereka? Kemudian, ayah ibu orang-orang Tionghoa, siapakah yang melahirkan mereka? Ini adalah pertanyaan tentang asal-usul bangsa Tionghoa.
Pada waktu 清明節 Qing Ming Jie – Hari Raya Ceng Beng (biasanya jatuh pada tanggal 4 atau 5 April setiap tahun), adalah waktu membersihkan makam/kuburan, adalah saat orang Tionghoa sembahyang kepada leluhur (kakek-nenek atau orangtua, dsb) yang telah meninggal dunia & mengenang jasa-jasa leluhur. Hal ini bukanlah tahayul, tetapi adalah menyatakan rasa hormat yang tinggi kepada leluhur, berarti kita tidak melupakan asal-usul kita, dengan kata lain kita tidak melupakan dari mana kita berasal.
Hari Raya Qing Ming {Hok Kian = Ceng Beng} adalah Hari Raya Membersihkan Kuburan, juga disebut Hari Raya Musik, adalah suatu hari yang mengandung makna yang amat mendalam.
2 huruf 清明 Qing Ming ini, artinya adalah langit terang dengan cuaca cerah, dimana siang hari lebih panjang daripada malam hari, suasana musim semi tampak di mana-mana, bunga-bunga bermekaran, tumbuh-tumbuhan & makhluk hidup terasa bersih, segar & sejuk. Cuaca bersih, pemandangan terang, sehingga disebut Hari Raya Qing Ming (arti harfiah = bersih & terang).
Ceng Beng adalah hari ke-5 dari 24 Jie Qi, adalah musim di mana petani menabur benih & menanam bunga. Sebelum mulai bercocok tanam, para petani terlebih dulu sembahyang kepada leluhur, berterima kasih kepada leluhur yang telah memberikan sawah ladang, kehidupan, harta benda (warisan), budi kebajikan, dll. Ini adalah suatu hal yang amat bermakna. Maka hari ini disebut juga sebagai 思親節 Si Qin Jie (baca: Se Chin Cie), yaitu Hari Raya Mengenang Leluhur.
Zaman dulu pada waktu hari raya Ceng Beng ini, nasi, sayur & buah-buahan yang telah disembahyangkan kepada leluhur, dibagikan kepada anak gembala, anak orang miskin, atau fakir miskin yang ada di sekitar kuburan. Hal ini menyatakan bahwa budi kebajikan leluhur juga dibagikan untuk dapat dinikmati orang lain.
Suku bangsa Tionghoa disebut 中華民族 Zhong Hua Min Zu {Hok Kian = Tiong Hoa Bin Cu}. Nenek moyang yang pertama bangsa Tiong Hoa adalah 軒轅黃帝 Xuan Yuan Huang Di (baca: Sien Yen Huang Ti). Menurut legenda, Xuan Yuan Huang Di lahir pada tanggal 5 bulan 4 tahun 4608 Sebelum Masehi. Pada waktu itu, di sekitar daerah aliran Sungai Huang He {Huang Ho}, ada sangat banyak suku bangsa. Semua suku saling menyerang, sehingga rakyat tidak bisa melewati kehidupan yang aman & damai.
Pada waktu Xuan Yuan Huang Di & Chi You (salah satu pemimpin suku bangsa yang kejam & bengis) berperang, pasukan Huang Di menyerang sampai ke Zhang He, mendapat perlawanan sengit dari Chi You & pasukannya, sehingga tidak bisa melewati Zhang He. Lalu Xuan Yuan Huang Di mengundang ahli music Ling Lun untuk mengarang 渡漳之歌 “Lagu Melewati Zhang” untuk dinyanyikan seluruh pasukan.
Akhirnya dalam suara nyanyian & alunan musik yang gagah & berwibawa, Xuan Yuan Huang Di & pasukannya berhasil melewati Zhang He, & menaklukan Chi You. Dari hal ini dapat diketahui, bahwa musik bukan saja dapat menghibur diri, juga dapat mendatangkan kemenangan.Setelah Xuan Yuan Huang Di menaklukkan Chi You yang kejam & bengis, mempersatukan seluruh negara, lalu mendirikan negara baru & memperbaiki taraf kehidupan rakyat dalam suasana yang aman & damai.
Setelah memindahkan ibukota ke Nan Jing, pemerintahan Tiongkok menetapkan Ceng Beng sebagai Hari Raya Membersihkan Makam Bangsa Tionghoa, menyatakan bahwa seluruh rakyat Tiongkok selamanya tidak melupakan nenek moyang pertama pendiri negara, Xuan Yuan Huang Di.
Pada waktu perang anti Jepang (1937 – 1945), pemerintah Tiongkok menetapkan 5 April sebagai Hari Raya Musik, juga untuk memperingati persembahan karya musik agung yang diciptakan pada masa Xuan Yuan Huang Di.
Pada waktu 清明節 Qing Ming Jie – Hari Raya Ceng Beng (biasanya jatuh pada tanggal 4 atau 5 April setiap tahun), adalah waktu membersihkan makam/kuburan, adalah saat orang Tionghoa sembahyang kepada leluhur (kakek-nenek atau orangtua, dsb) yang telah meninggal dunia & mengenang jasa-jasa leluhur. Hal ini bukanlah tahayul, tetapi adalah menyatakan rasa hormat yang tinggi kepada leluhur, berarti kita tidak melupakan asal-usul kita, dengan kata lain kita tidak melupakan dari mana kita berasal.
Hari Raya Qing Ming {Hok Kian = Ceng Beng} adalah Hari Raya Membersihkan Kuburan, juga disebut Hari Raya Musik, adalah suatu hari yang mengandung makna yang amat mendalam.
2 huruf 清明 Qing Ming ini, artinya adalah langit terang dengan cuaca cerah, dimana siang hari lebih panjang daripada malam hari, suasana musim semi tampak di mana-mana, bunga-bunga bermekaran, tumbuh-tumbuhan & makhluk hidup terasa bersih, segar & sejuk. Cuaca bersih, pemandangan terang, sehingga disebut Hari Raya Qing Ming (arti harfiah = bersih & terang).
Ceng Beng adalah hari ke-5 dari 24 Jie Qi, adalah musim di mana petani menabur benih & menanam bunga. Sebelum mulai bercocok tanam, para petani terlebih dulu sembahyang kepada leluhur, berterima kasih kepada leluhur yang telah memberikan sawah ladang, kehidupan, harta benda (warisan), budi kebajikan, dll. Ini adalah suatu hal yang amat bermakna. Maka hari ini disebut juga sebagai 思親節 Si Qin Jie (baca: Se Chin Cie), yaitu Hari Raya Mengenang Leluhur.
Zaman dulu pada waktu hari raya Ceng Beng ini, nasi, sayur & buah-buahan yang telah disembahyangkan kepada leluhur, dibagikan kepada anak gembala, anak orang miskin, atau fakir miskin yang ada di sekitar kuburan. Hal ini menyatakan bahwa budi kebajikan leluhur juga dibagikan untuk dapat dinikmati orang lain.
Suku bangsa Tionghoa disebut 中華民族 Zhong Hua Min Zu {Hok Kian = Tiong Hoa Bin Cu}. Nenek moyang yang pertama bangsa Tiong Hoa adalah 軒轅黃帝 Xuan Yuan Huang Di (baca: Sien Yen Huang Ti). Menurut legenda, Xuan Yuan Huang Di lahir pada tanggal 5 bulan 4 tahun 4608 Sebelum Masehi. Pada waktu itu, di sekitar daerah aliran Sungai Huang He {Huang Ho}, ada sangat banyak suku bangsa. Semua suku saling menyerang, sehingga rakyat tidak bisa melewati kehidupan yang aman & damai.
Pada waktu Xuan Yuan Huang Di & Chi You (salah satu pemimpin suku bangsa yang kejam & bengis) berperang, pasukan Huang Di menyerang sampai ke Zhang He, mendapat perlawanan sengit dari Chi You & pasukannya, sehingga tidak bisa melewati Zhang He. Lalu Xuan Yuan Huang Di mengundang ahli music Ling Lun untuk mengarang 渡漳之歌 “Lagu Melewati Zhang” untuk dinyanyikan seluruh pasukan.
Akhirnya dalam suara nyanyian & alunan musik yang gagah & berwibawa, Xuan Yuan Huang Di & pasukannya berhasil melewati Zhang He, & menaklukan Chi You. Dari hal ini dapat diketahui, bahwa musik bukan saja dapat menghibur diri, juga dapat mendatangkan kemenangan.Setelah Xuan Yuan Huang Di menaklukkan Chi You yang kejam & bengis, mempersatukan seluruh negara, lalu mendirikan negara baru & memperbaiki taraf kehidupan rakyat dalam suasana yang aman & damai.
Setelah memindahkan ibukota ke Nan Jing, pemerintahan Tiongkok menetapkan Ceng Beng sebagai Hari Raya Membersihkan Makam Bangsa Tionghoa, menyatakan bahwa seluruh rakyat Tiongkok selamanya tidak melupakan nenek moyang pertama pendiri negara, Xuan Yuan Huang Di.
Pada waktu perang anti Jepang (1937 – 1945), pemerintah Tiongkok menetapkan 5 April sebagai Hari Raya Musik, juga untuk memperingati persembahan karya musik agung yang diciptakan pada masa Xuan Yuan Huang Di.
Related Post :
History
- Dongeng Tentang Dewa Dapur (Asal Muasal Kue Keranjang)
- Kaisar Shih Huang ( 259 SM-210 SM )
- Asal Usul Kue Bulan
- Legenda Kue Bulan
- Dongeng Perayaan Kue Bulan
- Teka-Teki Aksara Mandarin (10)
- Kisah Yin dan Yang
- Dewa Pintu 門 神
- Teka-Teki Aksara Mandarin (9)
- Teka-Teki Aksara Mandarin (8)
- Legenda Tio Sam Hong, Tokoh Misterius Dunia Persilatan
- Penelitian Ilmiah Reinkarnasi Kehidupan: Memahami Edgar Cayce Menembus Masa Lalu
- Kisah Perjalanan Yesus ke Timur
- Perkenalan pada Ilmu Bela Diri (Wushu) Tiongkok
- Mike Lazaridis, Penemu Blackberry
- Teka-Teki Aksara Mandarin (7)
- Sumpit Cerminkan Perbedaan Budaya Kuliner Tiongkok dan Jepang
- Dr. John Stith Pemberton - Sang Penemu Coca Cola
- Teka-Teki Aksara Mandarin (6)
- Teka-Teki Aksara Mandarin (5)
- Orang Tionghoa Berasal dari Mana ?
- Teka-Teki Aksara Mandarin (4)
- Akhir Pelarian dari Negeri China ke Bagan Siapiapi
- Bakar Tongkang, Memohon Keberuntungan dan Keselamatan
Story
- Katak dan Permata
- Kisah Dokter Yang Luar Biasa
- Ember Bocor yang Merasa Sedih
- Buku Harian Sang Pramugrari yang Mengharukan
- Berterima Kasih Atas Kritikan Orang Lain
- Burung Gagak dan Sebuah Kendi
- Biksu Kecil, Tang Zhang
- Kisah Yin dan Yang
- Kisah Fabel : Mau Harta Tidak Mau Nyawa
- Legenda Tio Sam Hong, Tokoh Misterius Dunia Persilatan
- Pasangan Pemulung: Mendidik Anak Agar Tahu Balas Budi
- Sebuah Pilihan
- Tiga Pertanyaan
- Nilai Tradisional Tiongkok Kuno : Bakti Anak kepada Orang Tua
- Jebakan Tikus
- Penelitian Ilmiah Reinkarnasi Kehidupan: Memahami Edgar Cayce Menembus Masa Lalu
- Kisah Perjalanan Yesus ke Timur
- Orang yang Rendah Hati akan Mendapat Manfaat, yang Terbuai oleh Rasa Puas Diri akan Mendapatkan Kerugian
- Hallo : Anjing Paling Cerdas di Muka Bumi
- Dongeng Aesop : Si Pelit
- Reinkarnasi Ditinjau dari Sudut Pandang Kedokteran Barat
- Hubungan Antara Kebaikan dan Kipas Tiongkok
- Kebijakan Jernih
- Yu Yuan : Gadis Kecil Berhati Malaikat
Chinese
- Asal Usul Tradisi Memberikan Angpao Pada Tahun Baru Imlek
- Asal Usul Kue Keranjang
- Tradisi Imlek, Berharap Kesejahteraan
- Dongeng Tentang Dewa Dapur (Asal Muasal Kue Keranjang)
- Kisah Dokter Yang Luar Biasa
- Kaisar Shih Huang ( 259 SM-210 SM )
- Asal Usul Dong Zhi 冬至
- Asal Usul Kue Bulan
- Legenda Kue Bulan
- Dongeng Perayaan Kue Bulan
- Konfusius : Kesombongan VS Kebajikan
- Berterima Kasih Atas Kritikan Orang Lain
- Teka-Teki Aksara Mandarin (10)
- Kisah Yin dan Yang
- Dewa Pintu 門 神
- Teka-Teki Aksara Mandarin (9)
- Teka-Teki Aksara Mandarin (8)
- Legenda Tio Sam Hong, Tokoh Misterius Dunia Persilatan
- Sebuah Pilihan
- Nilai Tradisional Tiongkok Kuno : Bakti Anak kepada Orang Tua
- Orang yang Rendah Hati akan Mendapat Manfaat, yang Terbuai oleh Rasa Puas Diri akan Mendapatkan Kerugian
- Dongeng Aesop : Si Pelit
- Perkenalan pada Ilmu Bela Diri (Wushu) Tiongkok
- Hubungan Antara Kebaikan dan Kipas Tiongkok
0 comments:
Post a Comment