DbClix
SentraClix

Monday, June 08, 2009

Kelahiran Kembali / Tumimbal Lahir

Suatu pertanyaan yang sering kita lontarkan adalah, "Apa yang terjadi sesudah kematian ?". Menurut pemikiran Buddhis, kelahiran kembali (tumimbal-lahir) akan terjadi pada akhir kehidupan saat ini. Buddhis mengakui kelahiran kembali sebagai suatu fakta. Banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa seseorang yang telah mengalami hidup berkali-kali pada masa lalu dan akan terus hidup pada masa yang akan datang.

Kasus Kelahiran Kembali
Kelahiran kembali (tumimbal-lahir) merupakan suatu kenyataan dalam pengertian Buddhisme walaupun kebanyakan orang mungkin tidak menyadari hal tersebut. Keberadaan tentang adanya kehidupan masa sebelumnya dapat dikonfirmasikan kepada orang yang telah melatih pikirannya melalui meditasi. Seorang ahli meditasi yang telah memiliki kekuatan konsentrasi akan mampu untuk mengingat kembali kehidupan sebelumnya dengan mendetail. Sang Buddha dan murid-muridNya di berbagai negara dan pada berbagai kesempatan mampu membuktikan keberadaan tentang adanya kehidupan masa sebelumnya. Sang Buddha pada malam pencapaian PencerahanNya, memperoleh kemampuan melihat beberapa kehidupan Beliau sebelumnya. Beliau juga melihat makhluk hidup mati pada suatu tahapan keberadaan dan makhluk hidup lahir pada tahapan keberadaan lainnya, sesuai dengan karma yang dilakukannya. Sehingga hal ini merupakan pengalaman pribadi Beliau yang diajarkan kepada para muridNya, yaitu kebenaran tentang kelahiran kembali.
Sang Buddha bersabda, "Aku mengingat berjuta kali kelahiranKu dari kehidupan yang lampau sebagai berikut: mula-mula 1 kehidupan, kemudian 2 kehidupan, kemudian 3, 4, 5, 10, 20 sampai 50 kehidupan, kemudian seratus, seribu, seratus ribu dstnya" (Majjhima Nikaya, Mahasaccaka Sutta No. 36, I.248)
Beberapa tahun yang lalu, telah terdapat bukti yang dikumpulkan dan didokumentasikan dimana mengkonfirmasikan bahwa kelahiran kembali itu adalah benar adanya. Terdapat beberapa kasus bahwa seseorang mampu mengingat kembali pengalamannya yang diperoleh dari kehidupan sebelumnya. Perincian detail mengenai tempat tinggal, orang-orang yang disebutkan hidup pada masa sebelumnya dapat dikonfirmasikan setelah dilakukan suatu penyelidikan.
Contoh yang sangat terkenal adalah kasusnya Bridey Murphy, dimana Ny.Ruth Simmons dari Amerika Serikat teringat akan kehidupan masa sebelumnya di Ireland 100 tahun lalu. Ny. Ruth Simmons mengatakan bahwa dia pernah hidup sebagai Bridey Murphy pada tahun 1789 dan dapat memberikan perincian sepenuhnya mengenai kehidupan Bridey Murphy. Perincian yang diberikan tersebut sempat diperiksa dan ternyata memang benar adanya. Walaupun pada kehidupan saat ini Ny. Ruth Simmons tidak pernah keluar dari Amerika Serikat.
Suatu contoh lainnya di Inggris, seorang perempuan bernama Ny. Naomi Henry teringat kembali akan dua kehidupan sebelumnya. Pada kehidupan satunya, dia teringat hidup sebagai wanita Irlandia di suatu desa bernama Greehalg, pada abad ke-17. Penelitian kasus tersebut sempat dilakukan dan ditemukan bahwa desa dengan nama tersebut memang ada sebelumnya. Pada kehidupan berikutnya, dia lahir sebagai seorang wanita Inggris yang bertugas sebagai perawat beberapa anak di kota Inggris yang bernama Downham pada tahun 1902. Penelitian yang dilakukan terhadap catatan resmi yang ada di kota Downham membuktikan bahwa wanita tersebut memang pernah ada.
Profesor Ian Stevenson dari University of Virginia, U.S.A. telah melakukan riset dan mempublikasikan hasil penemuannya terhadap dua puluh kasus kelahiran kembali. Kasus-kasus tersebut yang telah diverifikasi dan didokumentasikan secara baik tersebut, ditemukan pada berbagai negara termasuk Perancis, Itali, India, Sri Lanka dan Birma.
Kelahiran Kembali pada Enam Alam Kehidupan
Buddhisme mengajarkan bahwa kelahiran, kematian dan kelahiran kembali adalah merupakan suatu proses perubahan yang berkelanjutan. Hal tersebut sama dengan proses berkelanjutan dari pertumbuhan, kerusakan dan penggantian sel dalam tubuh seseorang. Menurut ahli kedokteran, setiap tujuh tahun semua sel di dalam tubuh seseorang akan diganti dengan yang baru.
Proses Kematian
Pada saat kematian, dimana hidupnya telah tiada dan tubuhnya sudah tidak bernyawa, maka pikirannya akan terpisah dari tubuh. Kematian merupakan suatu kejadian yang tidak dapat dihindari oleh semua makhluk hidup, dan tidak ada tempat persembunyian untuk menghindarinya.
Sang Buddha bersabda : " Tidak di langit, di tengah lautan, di celah-celah gunung atau di manapun juga dapat ditemukan suatu tempat bagi seseorang untuk menyembunyikan diri dari kematian. " (Dhammapada, 128).
Pada saat kematian maka keinginan untuk hidup yang merupakan sumber ketidaktahuan [avidya/avijja] menyebabkannya untuk mencari keberadaan yang baru dan karma yang dilakukannya pada kehidupan sebelumnya itu akan menentukan tempat kelahiran kembali baginya.
Bagian tubuh manusia dalam pengertian Buddhisme dapat dibagi atas empat unsur yaitu: padat [pathavi], cair[apo], panas [tejo], gerak [vayo] . Ke-empat unsur tersebut diikuti oleh warna [vanna], bau [gandha], rasa [rasa], pokok yang utama [oja] tenaga hidup [jivitindria] dan tubuh [kaya]. Kematian menurut pengertian Buddhisme adalah berhentinya kehidupan batin dan jasmani [jivitindriya] dari setiap keberadaan individu, yaitu lenyapnya kekuatan [ayu], panas [usma] dan kesadaran [vinnana]. Sehingga kematian dapat dipandang sebagai suatu proses penghancuran yang menyeluruh atas suatu makhluk hidup, walaupun suatu masa kehidupan tertentu berakhir tetapi kekuatan yang sampai sekarang ini bergerak tidak dihancurkan. Hal ini dapat diumpamakan seperti sebuah bola lampu listrik yang walaupun bola lampu itu telah mati karena usang, aus, ataupun pecah, tetapi listriknya tetap mengalir. Demikian juga aliran karma tetap bergerak dimana tidak terganggu oleh kehancuran badan-jasmani, dan hilangnya kesadaran yang sekarang membawa pada kemunculan dari suatu kesadaran yang baru dalam bentuk kelahiran yang lain.
Menurut Buddhisme Theravada, tidak dikenal adanya keadaan perantara [antara-bhava] yang berarti tumimbal lahir itu berlangsung segera sebagaimana bola lampu yang dapat diganti segera. Sedangkan dalam pengertian Buddhisme Mahayana, seseorang yang meninggal akan tinggal dalam keadaan alam perantara dalam satu, dua, tiga, lima, enam atau tujuh minggu, sampai hari ke-49. Sehingga dalam Buddhisme Mahayana sering dikenal adanya berbagai praktek ritual upacara kematian yang berlangsung setiap minggu sampai hari ke-49. Pengertian ini juga ditemukan dalam Buddhisme Tantrayana dalam arti yang lebih luas dengan istilah `bardo'. Bardo atau alam perantara ini dalam pengertian Tantrayana mengandung Enam Keadaan, yaitu pada saat berada di kandungan[kye-nay bardo] ; saat bermimpi [mi-lam bardo]; saat samadhi yang mendalam [tin-ge-zin sam-tam bardo] ; saat dalam keadaan sekarat menjelang kematian [chi-kai bardo]; saat mengalami kenyataan meninggal [cho-nyid bardo]; saat pencarian kelahiran kembali [sid-pa bardo]. Tiga keadaan bardo yang terakhir berkaitan dengan pengalaman sekarat, mati dan kelahiran kembali. Sedangkan bardo pada keadaan kedua dan ketiga dapat dialami semasa masih hidup.
Kelahiran Kembali dan Alam kehidupan
Makhluk hidup tidak terbatas jumlahnya, dalam berbagai sutra di Mahayana Sang Buddha mengatakan bahwa terdapat 84.000 jenis makhluk hidup , sehingga dengan bijaksana Sang Buddha juga mengajarkan 84.000 Pintu Dharma untuk mengatasi 84.000 jenis penderitaan makhluk hidup.
Secara garis besar dapat dikelompokkan adanya Enam Alam Kehidupan di mana suatu makhluk dapat dilahirkan kembali sesudah kematian, yaitu terdiri dari alam kehidupan dewa, semi-dewa, manusia, binatang, hantu kelaparan dan neraka. Ini adalah pengelompokan secara umum dan di antara setiap kelompok tersebut, masih terdapat banyak sub-kelompok. Enam alam kehidupan tersebut terdiri dari tiga alam kehidupan yang boleh dikatakan alam kehidupan yang relatif bahagia, dan tiga lainnya adalah kehidupan yang relatif sengsara. Alam kehidupan dewa, semi-dewa dan manusia dapat dipertimbangkan lebih bahagia dan kurang menderita. Sedangkan alam kehidupan binatang, hantu kelaparan dan neraka dipertimbangkan relatif sengsara, karena kehidupan di alam tersebut lebih banyak menderita karena ketakutan, kelaparan, kehausan, kepanasan, kedinginan dan kesakitan.
Perincian lebih detail dari alam-alam kehidupan tersebut, dapat ditemui adanya 31 Alam Kehidupan, yaitu :
I. KAMA-BHUMI; makhluk-makhluknya masih terikat dengan inderawi; terdiri dari :

A. APAYA-BHUMI (Alam Menyedihkan) :

1. Niraya Bhumi (Alam Neraka)
2. Tiracchana Bhumi (Alam Binatang)
3. Peta Bhumi (Alam Setan)
4. Asurakaya Bhumi (Alam Raksasa)

B. KAMASUGATI-BHUMI (Alam Sugati)

5. Manussa Bhumi (Alam Manusia)
6. Catummaharajika Bhumi (Alam Empat Dewa Raja)
7. Tavatimsa Bhumi (Alam TigaPuluhTiga Dewa)
8. Yama Bhumi (Alam Dewa Yama)
9. Tusita Bhumi (Alam Kenikmatan )
10. Nimmanarati Bhumi (Alam Dewa Yang Menikmati Ciptaannya)
11. Paranimmita-vasavatti Bhumi (Alam Dewa Yang Membantu Sempurnakan Ciptaan Dewa-dewa Lainnya)

II. RUPAVACARA BHUMI; makhluk-makhluk yang mempunyai Rupa Jhana yaitu tempat tinggalnya Rupa-Brahma

C. PATHAMAJHANA-BHUMI (Alam Kehidupan Jhana Pertama)

12. Brahmaparisajja Bhumi (Alam Pengikut Brahmana)
13. Brahmapurohita Bhumi (Alam Menteri Brahmana)
14. Mahabrahma Bhumi (Alam Brahma Yang Agung)

D. DUTIYAJHANA BHUMI (Alam Kehidupan Jhana Kedua)

15. Parittabha Bhumi (Alam Brahma Kurang Cahaya)
16. Appamanabha Bhumi (Alam Brahma Tak Terbatas Cahayanya)
17. Abhassara Bhumi (Alam Brahma Yang Gemerlapan Cahayanya)

E. TATIYAJHANA BHUMI (Alam Kehidupan Jhana Ketiga)

18. Parittasubha Bhumi (Brahma Yang Kurang Auranya)
19. Appamanasubha Bhumi (Brahma Yang Tak Terbatas Auranya)
20. Sukhakinha Bhumi (Brahma Yang Auranya Penuh dan Tetap)

F. CATUTTHA JHANA BHUMI (Alam Kehidupan Jhana Keempat)

21. Vehapphala Bhumi (Brahma Yang Besar Pahalanya)
22. Asannasatta Bhumi (Brahma Yang Kosong Dari Kesadaran / Tidak Bergerak)
SUDDHAVASA BHUMI ; Alam Kehidupan Yang Murni Dihuni Oleh Para Anagami)
23. Aviha Bhumi (Alam Brahma Yang Tidak Bergerak)
24. Atappa Bhumi (Alam Brahma Yang Suci)
25. Sudassa Bhumi (Alam Brahma Yang Indah)
26. Sudassi Bhumi (Alam Brahma Yang Berpandangan Terang)
27. Akamittha Bhumi (Alam Brahma Yang Luhur)

G. ARUPAVACARA BHUMI (Alam Makhluk Yang Mempunyai Arupa; Arupa Brahma)

28. Akasavancayatana Bhumi (Alam Konsepsi Ruangan Tanpa Batas)
29. Vinnanancayatama Bhumi (Alam Yang Dalam Keadaan Konsepsi Kesadaran Tanpa Batas)
30. Akincannayatana Bhumi (Alam Yang Dalam Keadaan Konsepsi Sunyata/Kekosongan)
31. Nevasannasanna-yatana Bhumi (Alam Yang Dalam Keadaan Bukan Pencerapan ataupun Bukan Tanpa Pencerapan)

Sebagai manusia yang terlahir di Alam Manusia, maka kita sebenarnya pernah dilahirkan dalam 26 Alam Kehidupan di luar 5 Alam Kehidupan Suddhavasa karena alam tersebut khusus untuk para Anagami yang akan menjadi Arahat. Sedangkan Nirvana adalah di luar dari 31 Alam tersebut di atas.

Ajaran Sang Buddha tidak dipengaruhi oleh ada atau tidaknya kepercayaan terhadap alam-alam kehidupan tersebut. Demikian juga kita tidak terikat untuk harus secara mutlak menolak adanya berbagai alam kehidupan tersebut hanya karena keterbatasan pengetahuan yang kita miliki. Namun secara umum dapat disimpulkan bahwa semua perbuatan yang baik, seperti tingkah-laku baik, kebajikan dan perkembangan mental merupakan penyebab kelahiran kembali di alam yang relatif bahagia, yaitu alam dewa, semi-dewa dan manusia. Sebaliknya semua perbuatan yang tercela, seperti tingkah-laku yang tidak bermoral, sifat iri hati dan kekejaman menyebabkan kelahiran kembali di alam yang relatif kurang bahagia yaitu alam binatang, hantu kelaparan dan neraka.

Kita tidaklah perlu menunggu sampai dilahirkan kembali untuk membayangkan seperti apa keberadaan alam kehidupan lainnya tersebut. Sebagai contoh, apabila seseorang sedang bahagia atau merasa damai tenteram, maka dia akan merasakan kehidupan seperti dengan alam kehidupan para dewa. Jika seseorang hanya mengikuti insting pokoknya dimana hidupnya hanya makan, tidur dan kebutuhan biologis, maka kehidupannya tidaklah jauh berbeda dengan kehidupan alam binatang. Demikian juga apabila seseorang diliputi oleh rasa takut, sakit, disiksa atau dibunuh dalam kehidupan ini, maka kehidupannya adalah menderita yang dapat disamakan dengan kehidupan di neraka.

Dari Enam Alam Kehidupan yang pokok tersebut, dapat dipertimbangkan bahwa Alam Kehidupan Manusia yang paling bernilai. Dalam Alam Kehidupan Manusia terdapat kondisi yang lebih baik untuk mencapai Nirvana. Secara umum, pada alam-alam kehidupan yang kurang bahagia, keberadaan suatu makhluk sangatlah menderita dan kebodohan-batin sangatlah besar, sehingga mereka tidak dapat mengenali Kebenaran dan mengikuti jalan untuk mencapai Kebebasan. Demikian juga kehidupan dalam alam dewa dan semi-dewa mengalami banyak kebahagiaan memiliki banyak perhatian, sehingga mereka tidak memikirkan kelahiran kembali sampai hal tersebut menjadi terlambat, yang akhirnya mereka akan dilahirkan kembali di salah satu alam yang lebih rendah. Dalam alam kehidupan manusia, bagaimanapun manusia dapat mengalami kebahagiaan dan penderitaan. Manusia memiliki kecerdasan untuk mengenali Kebenaran dan mengikuti jalan untuk mencapai kebebasan dari lingkaran kelahiran dan kematian. Sehingga sangatlah beruntung bagi kita dilahirkan sebagai manusia, dan hendaknya selalu diingat bahwa penyebab utama kelahiran di alam kehidupan ini karena tingkah laku kita yang baik pada kehidupan sebelumnya.

Lingkaran Kehidupan dan Kematian

Jarak antara rata-rata kehidupan makhluk hidup pada enam alam kehidupan berbeda, tetapi tidak ada yang kekal selamanya. Sehingga kelahiran kembali akan terjadi. Alam kehidupan mana seseorang akan dilahirkan dan kondisi kelahiran yang dialami, ditentukan oleh kehidupan masa lalu dan kehidupan saat ini. Inilah yang dinamakan hukum karma.

Karena kuatnya karma seseorang, maka dia akan mengalami kelahiran kembali terus menerus pada berbagai alam kehidupan. Sang Buddha menyatakan, bahwa tidak ada yang kekal dalam lingkaran kelahiran dan kematian. Hanya jika seseorang mengembangkan dan melatih Delapan Ruas Jalan Kemuliaan yang diajarkan oleh Sang Buddha, yang akhirnya akan mencapai Nirvana, sehingga orang tersebut terbebas dari lingkaran kehidupan dan kematian tersebut dan memperoleh kesempurnaan dan kebahagiaan yang kekal.

Sang Buddha bersabda : "Ada Delapan Hal yang jika dikembangkan dan dilatih akan membawa ke Nibbana, menuju ke Nibbana dan mencapai puncaknya Nibbana. Apakah Delapan Hal tersebut? Tak lain adalah Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, Perbuatan Benar, Mata Pencaharian Benar, Usaha Benar, Kesadaran Benar dan Konsentrasi Benar." (Samyutta Nikaya, V 10)

Orang yang mengerti karma dan kelahiran kembali akan melihat kehidupan ini dengan pandangan yang lebih baik. Mereka akan menyadari, bahwa setiap perbuatan yang dilakukan akan membawa akibat dalam kehidupan sekarang dan kehidupan berikutnya. Pengetahuan memberikan mereka harapan dan kekuatan untuk menghadapi segala kesulitan, sehingga mereka memiliki semangat untuk senantiasa berbuat baik. Mereka yakin akan menikmati hasil yang baik dari perbuatan mulia yang mereka lakukan baik secara jangka pendek ataupun jangka panjang.

Sebenarnya sukar untuk dapat dilahirkan di alam manusia. Sukar untuk mendengar Dharma, bahwa lebih sukar lagi untuk membangkitkan kepercayaan. Oleh karena itu, setiap orang hendaknya mencoba sedapat mungkin untuk mendengarkan ajaran-ajaran Sang Buddha, sehingga dapat terbebaskan dari lingkaran kehidupan dan kematian, hidup secara mulia, dengan menyingkirkan semua nafsu keinginan rendah.

Sang Buddha bersabda : " Orang yang telah bebas dari ketahyulan, yang telah mengerti keadaan tak tercipta (nibbana), yang telah memutuskan semua ikatan (tumimbal lahir), yang telah mengakhiri kesempatan (baik dan jahat), yang telah menyingkirkan semua nafsu keinginan, maka sesungguhnya ia adalah orang yang paling mulia. " (Dhammapada, 97).

Related Post :

0 comments: