Suatu kali saya didatangi seorang tua yang mengeluh bahwa anaknya tidak mau mendengar nasehatnya. Hal ini membuat dirinya sedih dan mengakibatkan terjadinya kesenjangan antara dirinya dan sang anak. Apa yang salah pada ini semua?
Orangtua karena rasa sayang dan khawatir akan masa depan sang anak, membuat peraturan-peraturan yang lebih dikenal dengan, “Ini boleh dan itu tidak boleh.” Disisi lain, sang anak juga mengeluh kebijakan orang tua yang dianggap over protecting hingga terkesan tidak bisa mandiri dan yang lebih ekstrim lagi, ia katakan sebagai “mematikan kreativitas atau membunuh karakter”.
Jika kita membayangkan diri kita sebagai orang tua tersebut dan mencoba untuk merasakan bagaimana perasaan orang tua terhadap anaknya, maka kita dapat memahami bahwa tidak ada orang tua yang mengharapkan anaknya menderita. Orang tua tentunya menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Pada saat yang sama, kita menukar diri kita sebagai seorang anak yang merasa dikekang oleh peraturan peraturan orang tua, kita dapat merasakan bagaimana tekanan yang ada bila harus mengikuti kemauan orang tua yang tidak sesuai dengan bakat dan minat kita. Tentu hal ini dapat membuat sang anak frustasi dan putus asa.
Sebenarnya akar persoalan bukan terletak pada mana yang mesti dipilih, tetapi lebih dikarenakan kurangnya saling pengertian antara orang tua dan anak. Komunikasi merupakan hal penting untuk menyamakan persepsi dan menumbuhkan saling pengertian pada orang tua dan anak. Seringkali orang tua dalam berkomunikasi, selalu satu arah. Orang tua ingin sang anak mengerti dan melakukan apa yang mereka harapkan. Sementara itu mereka tidak mencoba untuk mengerti cara berpikir dan keluhan sang anak. Ketika sang anak merasa tidak mungkin bisa curhat dengan orang tua, maka disaat mereka memiliki masalah, orang tua sudah tidak lagi menjadi orang terdekat yang bisa memberikan kesejukan dan kedamaian. Hal yang sering dilupakan orang tua seperti yang Buddha katakan adalah pentingnya melakukan pendekatan dengan kasih sayang.
Walaupun orang tua mengharapkan yang terbaik bagi anaknya, bukan berarti jalan yang mereka pilih untuk anaknya tepat. Hal penting yang harus dipahami adalah perubahan dan perkembangan ilmu dan teknologi tentunya menuntut anak-anak sekarang lebih kreatif dan inivatif. Anak-anak bagaikan cermin. Kalau mereka berada dalam suasana kasih, kasih itulah yang mereka pantulkan. Kalau kasih tidak ada, mereka tidak mempunyai apapun untuk dibagikan.
Khalil Gibran suatu kali berkata : Anak-anakmu adalah bukan anak-anakmu. Meskipun mereka bersamamu, tapi mereka bukan milikmu. Engkau boleh memberikan cintamu tapi bukan pemikiranmu. Janganlah membuat mereka sama denganmu. Biarkanlah mereka tumbuh dengan bebas.
Pada batasan tertentu, orang tua memang mesti mengambil peranan penting bagi perkembangan anak-anak mereka (seperti moral etika) sebagai wujud tanggung jawab dan kasih sayang mereka. Namun pada hal-hal tertentu orang tua dapat memberikan kepercayaan kepada anaknya untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan bakat dan minat mereka.
Dikutip dari buku Nuansa Hidup - Bhikkhu Nyanakumuda
Orangtua karena rasa sayang dan khawatir akan masa depan sang anak, membuat peraturan-peraturan yang lebih dikenal dengan, “Ini boleh dan itu tidak boleh.” Disisi lain, sang anak juga mengeluh kebijakan orang tua yang dianggap over protecting hingga terkesan tidak bisa mandiri dan yang lebih ekstrim lagi, ia katakan sebagai “mematikan kreativitas atau membunuh karakter”.
Jika kita membayangkan diri kita sebagai orang tua tersebut dan mencoba untuk merasakan bagaimana perasaan orang tua terhadap anaknya, maka kita dapat memahami bahwa tidak ada orang tua yang mengharapkan anaknya menderita. Orang tua tentunya menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya. Pada saat yang sama, kita menukar diri kita sebagai seorang anak yang merasa dikekang oleh peraturan peraturan orang tua, kita dapat merasakan bagaimana tekanan yang ada bila harus mengikuti kemauan orang tua yang tidak sesuai dengan bakat dan minat kita. Tentu hal ini dapat membuat sang anak frustasi dan putus asa.
Sebenarnya akar persoalan bukan terletak pada mana yang mesti dipilih, tetapi lebih dikarenakan kurangnya saling pengertian antara orang tua dan anak. Komunikasi merupakan hal penting untuk menyamakan persepsi dan menumbuhkan saling pengertian pada orang tua dan anak. Seringkali orang tua dalam berkomunikasi, selalu satu arah. Orang tua ingin sang anak mengerti dan melakukan apa yang mereka harapkan. Sementara itu mereka tidak mencoba untuk mengerti cara berpikir dan keluhan sang anak. Ketika sang anak merasa tidak mungkin bisa curhat dengan orang tua, maka disaat mereka memiliki masalah, orang tua sudah tidak lagi menjadi orang terdekat yang bisa memberikan kesejukan dan kedamaian. Hal yang sering dilupakan orang tua seperti yang Buddha katakan adalah pentingnya melakukan pendekatan dengan kasih sayang.
Walaupun orang tua mengharapkan yang terbaik bagi anaknya, bukan berarti jalan yang mereka pilih untuk anaknya tepat. Hal penting yang harus dipahami adalah perubahan dan perkembangan ilmu dan teknologi tentunya menuntut anak-anak sekarang lebih kreatif dan inivatif. Anak-anak bagaikan cermin. Kalau mereka berada dalam suasana kasih, kasih itulah yang mereka pantulkan. Kalau kasih tidak ada, mereka tidak mempunyai apapun untuk dibagikan.
Khalil Gibran suatu kali berkata : Anak-anakmu adalah bukan anak-anakmu. Meskipun mereka bersamamu, tapi mereka bukan milikmu. Engkau boleh memberikan cintamu tapi bukan pemikiranmu. Janganlah membuat mereka sama denganmu. Biarkanlah mereka tumbuh dengan bebas.
Pada batasan tertentu, orang tua memang mesti mengambil peranan penting bagi perkembangan anak-anak mereka (seperti moral etika) sebagai wujud tanggung jawab dan kasih sayang mereka. Namun pada hal-hal tertentu orang tua dapat memberikan kepercayaan kepada anaknya untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan bakat dan minat mereka.
Dikutip dari buku Nuansa Hidup - Bhikkhu Nyanakumuda
0 comments:
Post a Comment