DbClix
SentraClix

Tuesday, June 02, 2009

Teka-Teki Aksara Mandarin (1)

Tulisan Mandarin paling kuno terukir pada tulang - ramalan (Foto: Wikipedia)
Aksara Mandarin sesuai legendanya diciptakan oleh Cang Jie pada 4000 tahun silam. Di kalangan rakyat Tiongkok terwariskan turun temurun kisah sebagai berikut : "Cang Jie mencipta tulisan, karena itu turun hujan biji jawawut dari langit, dan roh-roh jahat menangis pada tengah malam.“
Penulis dan pelukis Zhang Yanyuan menjelaskan pada zaman dinasti Tang (618 - 907) cerita turun temurun itu seperi berikut ini: Langit tidak dapat lagi menyembunyikan rahasiaNya kepada manusia. Melalui belajar tentang tulisan tersebut manusia akan mengenali tanda-tanda rahasia langit. Konon itu adalah sikon kebahagiaan yang sama dan seolah-olah langit telah menjatuhkan biji-bijian jawawut.

Roh-roh jahat kini tak dapat lagi bersembunyi, oleh karena umat manusia melalui aksara tersebut, dapat mengenali dasar-dan prinsip-prinsip dunia. Oleh karena itu tidak memungkinkan lagi bagi para roh jahat, menipu dan mendustai umat manusia. Tinggallah bagi roh jahat sebagai pelampiasan, menangis diam-diam pada tengah malam.
Aksara Mandarin ialah inti pusaka dari kebudayaan Tionghoa. Orang Tionghoa berpedoman pada „Kemanunggalan antara Tuhan dan manusia“ yang terefleksikan juga oleh aksara Mandarin. Aksara Mandarin berisikan ajaran Yi Jing (baca: Yi Cing), 5 unsur (api, air, kayu, logam, tanah) dan Yin-Yang dari kaum Taois, mereka memuat informasi lengkap dari langit, bumi, manusia, kejadian dan materi, yang keterkaitannya melalui perangkaian goresan-goresan disajikan dalam bentuk grafis.
Maka dari itu tercipta peramalan/orakel di Tiongkok kuno yang berbasiskan aksara. Xu Shen (baca: Su Shen), seorang peneliti aksara Mandarin pada zaman dinasti Han Timur (25-220) telah menganalisa struktur aksara Mandarin berdasarkan basis dari ajaran Yi Jing dan 5 unsur dan mengarang buku terpenting tentang aksara Mandarin berjudul „Penjelasan Tulisan dan Analisa Pictogram [Shuo Wen Jie Zi].“
Di dalam bukunya, Xu Shen membagi aksara Mandarin dalam 6 kategori: Xiàngxíng (baca: Siang Sing), „Pictogram“, yang diilustrasikan sesuai wujud tampilannya (misalkan: 山 Shan = gunung); Zhǐshì, „Pemaknaan (suatu) keadaan“ – simbol, ideogram; Huìyì, „Kesatuan arti“ – aksara, yang terdiri dari dua atau beberapa tanda dipersatukan dengan berbagai arti dan isinya berkaitan dengan isi baru secara keseluruhan; Xíngsheng, “Bentuk dan bunyi” – goresan yang dipersatukan dan terdiri dari tanda bunyi dan tanda indikasi-arti (Phonogramme). Salah satu contohnya ialah aksara Ma (mama) 媽. Komponen sebelah kanan 馬 (mǎ = kuda) memberikan lafal, sementara itu komponen sebelah kiri女 (nǚ = perempuan) menunjukkan artinya. Komponen-komponen yang bermuatan arti sering kali juga merupakan radikal yang disusun seseuai tandanya di dalam kamus; Jiǎjiè, „dibawah sebutan palsu“ – aksara, yang dengan lafal sama tapi dipergunakan untuk pengertian yang beda; Zhuǎnzhù, „Memutar dan menuangkan“ – sinonimSekitar 90% dari keseluruhan aksara Mandarin ter-kategori sebagai phonogram di grup Xingsheng „Bentuk dan Bunyi“.
Laki-laki dan perempuan
Tanda ini 男 berarti laki-laki. Aksara ini lagi-lagi terdiri dari gabungan 2 aksara. Goresan di bagian paruh atas - 田 – berarti Sawah, sedangkan bagian paruh bawah - 力 – berarti tenaga. Lelaki adalah sebagai tenaga, yang bekerja di sawah, bisa dimaklumi, begitulah penjelasan dari kamus asal usul bahasa Tionghoa „Penjelasan aksara dan analisa tulisan [Shuo Wen Jie Zi]“ tentang arti aksara lelaki 男. Tiongkok kuno disebutkan: “Lelaki mengatur urusan di luar” – maka dari itu pekerjaan di sawah, pemimpin militer, pegawai dan melakukan perdagangan termasuk urusan kaum lelaki. Seorang lelaki pertama-tama ialah putra dari orang tuanya; kemudian, jikalau ia menikah, ia lelakinya si istri, dan apabila keduanya beranak-pinak, sebagai bapak dari anak-anaknya.
Semua tulisan, yang terdiri dari女, pasti segala sesuatunya berhubungan dengan wanita, seperti 妻 (Qi/isteri), 妇 (Fu/ibu rumah tangga) dan 母 (Mu/ibu). Dalam pada itu tulisan 妻 (Qi/isteri), bagian atasnya terdiri dari Sapu, dan bagian bawah dari 女 (wanita), digabungkan, menjadi istri, yang memegang sapu di tangan. Dibandingkan dengan para lelaki, para wanita pada zaman Tiongkok kuno mengatur urusan dalam rumah tangga, seperti memasak, membersihkan dan menjahit.
YI 義 = KEADILAN, KEJUJURAN, KESETIAAN
Yi 義, mempunyai arti luas, seperti keadilan, kejujuran, setia, pemenuhan janjinya sendiri. Aksara itu terdiri dari bagian paruh atas 羊 (kambing) dan aksara bagian bawah ialah 我 (saya). Kambing bersifat penurut dan baik hati, daging kambing terasa enak dan bergizi. Maka dari itu kambing di zaman dulu ialah simbol dari rezeki dan kebaikan. Manusia menggunakan daging kambing sebagai hewan kurban, untuk ber-terimakasih kepada bumi, langit dan dewata. 我 (saya) asalnya dari tulisan ramalan pada tulang dan disitu berarti alat bertempur dengan gigi gergaji. „義" -- „我是羊 (saya adalah kambing), berarti, bahwa diri sendiri dapat berkorban demi keadilan, persis seperti ketika orang mengkurbankan daging kambing kepada Tuhannya. Dengan aksara 義 seharusnya orang menyadari, kesiapan seseorang untuk memiliki dan bagaimana orang seharusnya menjalani kehidupannya. Oleh karena itu 義 termasuk bagian kategori „Zhiyi" – „Persatuan arti“ – aksara, yang terdiri dari dua atau beberapa aksara dengan gabungan dari arti-kata yang berbeda-beda dan pengertiannya berkaitan dengan pengertian menyeluruh sebagai akumulasi darinya.( Maria Zheng -erabaru.or.id)*

Related Post :

0 comments: