德 (De) - kebajikan, moral, susila
Paruh kiri aksara yang bermakna Kebajikan, Moral dan Susila ini, yakni 德 (De), membentuk ideogram "ㄔ" yang selama ribuan tahun dipergunakan sebagai simbol untuk Betis dan Kaki, yang melambangkan: Berjalan Dengan Tegak, Langkah atau juga Perilaku.
Paruh kanan terbentuk dari empat aksara 十目一心 (Shi Mu Yi Xin, yang ditumpuk dari atas ke bawah). Persis ditengah-tengah keempat aksara tersebut terdapat aksara 一 (Yi) yang bermakna: angka Satu, dan merefleksikan pembentukan alam semesta melalui pemisahan unsur Yin (negatif) dan Yang (positif). Aksara 十 (Shi) ialah huruf Tionghoa untuk angka Sepuluh dan juga berarti: Lengkap dan Sempurna, dimana Lengkap dan Sempurna hanya dimiliki Dewata. Aksara 目(Mu) di dalam bahasa Tionghoa bermakna: Mata dan 心 (Xin) dimaksudkan sebagai: Hati Manusia.
Dengan demikian empat aksara paruh kanan 十目一心 (Shi Mu Yi Xin) bermakna: „Pengamatan Dewata atas hati manusia“. Aksara De 德, kumpulan dari beberapa aksara, dengan demikian bermakna bahwa perilaku seorang manusia yang selaras dengan perintah Dewata, jadi harus penuh dengan kebajikan. Seringkali orang-orang pada zaman Tiongkok kuno mengingatkan tentang „Mengakumulasikan kebajikan“. Karena dengan memiliki banyak kebajikan, sama halnya dengan sebuah kesadaran yang kuat untuk moral dan susila, menjanjikan sebuah Reinkarnasi (Kelahiran kembali setelah meninggal) yang baik. Sebagaimana kehidupan sesudah reinkarnasi akan berjalan, sesuai ajaran-ajaran Buddha ialah ditentukan oleh akumulasi dari kebajikan tadi, jadi dengan melalui, seberapa banyak kebaikan atau seberapa sedikit keburukan yang telah dilakukan oleh seseorang pada kehidupan masa lampaunya.
Aksara De 德 membuktikan, betapa kebudayaan Tiongkok dahulu kala terpateri dengan kuatnya oleh agama Buddha dan Dao. Sebaliknya orang Tionghoa zaman sekarang berpendapat bahwa aksara-aksara mereka seringkali dikeluhkan sebagai „Terlalu Ruwet“.Paruh kiri aksara yang bermakna Kebajikan, Moral dan Susila ini, yakni 德 (De), membentuk ideogram "ㄔ" yang selama ribuan tahun dipergunakan sebagai simbol untuk Betis dan Kaki, yang melambangkan: Berjalan Dengan Tegak, Langkah atau juga Perilaku. Paruh kanan terbentuk dari empat aksara 十目一心 (Shi Mu Yi Xin, yang ditumpuk dari atas ke bawah). Persis ditengah-tengah keempat aksara tersebut terdapat aksara 一 (Yi) yang bermakna: angka Satu, dan merefleksikan pembentukan alam semesta melalui pemisahan unsur Yin (negatif) dan Yang (positif).
Aksara 十 (Shi) ialah huruf Tionghoa untuk angka Sepuluh dan juga berarti: Lengkap dan Sempurna, dimana Lengkap dan Sempurna hanya dimiliki Dewata. Aksara目(Mu) di dalam bahasa Tionghoa bermakna: Mata dan 心 (Xin) dimaksudkan sebagai: Hati Manusia.
Dengan demikian empat aksara paruh kanan 十目一心 (Shi Mu Yi Xin) bermakna: „Pengamatan Dewata atas hati manusia“. Aksara De 德, kumpulan dari beberapa aksara, dengan demikian bermakna bahwa perilaku seorang manusia yang selaras dengan perintah Dewata, jadi harus penuh dengan kebajikan. Seringkali orang-orang pada zaman Tiongkok kuno mengingatkan tentang „Mengakumulasikan kebajikan“. Karena dengan memiliki banyak kebajikan, sama halnya dengan sebuah kesadaran yang kuat untuk moral dan susila, menjanjikan sebuah Reinkarnasi (Kelahiran kembali setelah meninggal) yang baik. Sebagaimana kehidupan sesudah reinkarnasi akan berjalan, sesuai ajaran-ajaran Buddha ialah ditentukan oleh akumulasi dari kebajikan tadi, jadi dengan melalui, seberapa banyak kebaikan atau seberapa sedikit keburukan yang telah dilakukan oleh seseorang pada kehidupan masa lampaunya.
Aksara De 德 membuktikan, betapa kebudayaan Tiongkok dahulu kala terpateri dengan kuatnya oleh agama Buddha dan Dao. Sebaliknya orang Tionghoa zaman sekarang berpendapat bahwa aksara-aksara mereka seringkali dikeluhkan sebagai „Terlalu Ruwet“.(erabaru.or.id)*
Paruh kiri aksara yang bermakna Kebajikan, Moral dan Susila ini, yakni 德 (De), membentuk ideogram "ㄔ" yang selama ribuan tahun dipergunakan sebagai simbol untuk Betis dan Kaki, yang melambangkan: Berjalan Dengan Tegak, Langkah atau juga Perilaku.
Paruh kanan terbentuk dari empat aksara 十目一心 (Shi Mu Yi Xin, yang ditumpuk dari atas ke bawah). Persis ditengah-tengah keempat aksara tersebut terdapat aksara 一 (Yi) yang bermakna: angka Satu, dan merefleksikan pembentukan alam semesta melalui pemisahan unsur Yin (negatif) dan Yang (positif). Aksara 十 (Shi) ialah huruf Tionghoa untuk angka Sepuluh dan juga berarti: Lengkap dan Sempurna, dimana Lengkap dan Sempurna hanya dimiliki Dewata. Aksara 目(Mu) di dalam bahasa Tionghoa bermakna: Mata dan 心 (Xin) dimaksudkan sebagai: Hati Manusia.
Dengan demikian empat aksara paruh kanan 十目一心 (Shi Mu Yi Xin) bermakna: „Pengamatan Dewata atas hati manusia“. Aksara De 德, kumpulan dari beberapa aksara, dengan demikian bermakna bahwa perilaku seorang manusia yang selaras dengan perintah Dewata, jadi harus penuh dengan kebajikan. Seringkali orang-orang pada zaman Tiongkok kuno mengingatkan tentang „Mengakumulasikan kebajikan“. Karena dengan memiliki banyak kebajikan, sama halnya dengan sebuah kesadaran yang kuat untuk moral dan susila, menjanjikan sebuah Reinkarnasi (Kelahiran kembali setelah meninggal) yang baik. Sebagaimana kehidupan sesudah reinkarnasi akan berjalan, sesuai ajaran-ajaran Buddha ialah ditentukan oleh akumulasi dari kebajikan tadi, jadi dengan melalui, seberapa banyak kebaikan atau seberapa sedikit keburukan yang telah dilakukan oleh seseorang pada kehidupan masa lampaunya.
Aksara De 德 membuktikan, betapa kebudayaan Tiongkok dahulu kala terpateri dengan kuatnya oleh agama Buddha dan Dao. Sebaliknya orang Tionghoa zaman sekarang berpendapat bahwa aksara-aksara mereka seringkali dikeluhkan sebagai „Terlalu Ruwet“.Paruh kiri aksara yang bermakna Kebajikan, Moral dan Susila ini, yakni 德 (De), membentuk ideogram "ㄔ" yang selama ribuan tahun dipergunakan sebagai simbol untuk Betis dan Kaki, yang melambangkan: Berjalan Dengan Tegak, Langkah atau juga Perilaku. Paruh kanan terbentuk dari empat aksara 十目一心 (Shi Mu Yi Xin, yang ditumpuk dari atas ke bawah). Persis ditengah-tengah keempat aksara tersebut terdapat aksara 一 (Yi) yang bermakna: angka Satu, dan merefleksikan pembentukan alam semesta melalui pemisahan unsur Yin (negatif) dan Yang (positif).
Aksara 十 (Shi) ialah huruf Tionghoa untuk angka Sepuluh dan juga berarti: Lengkap dan Sempurna, dimana Lengkap dan Sempurna hanya dimiliki Dewata. Aksara目(Mu) di dalam bahasa Tionghoa bermakna: Mata dan 心 (Xin) dimaksudkan sebagai: Hati Manusia.
Dengan demikian empat aksara paruh kanan 十目一心 (Shi Mu Yi Xin) bermakna: „Pengamatan Dewata atas hati manusia“. Aksara De 德, kumpulan dari beberapa aksara, dengan demikian bermakna bahwa perilaku seorang manusia yang selaras dengan perintah Dewata, jadi harus penuh dengan kebajikan. Seringkali orang-orang pada zaman Tiongkok kuno mengingatkan tentang „Mengakumulasikan kebajikan“. Karena dengan memiliki banyak kebajikan, sama halnya dengan sebuah kesadaran yang kuat untuk moral dan susila, menjanjikan sebuah Reinkarnasi (Kelahiran kembali setelah meninggal) yang baik. Sebagaimana kehidupan sesudah reinkarnasi akan berjalan, sesuai ajaran-ajaran Buddha ialah ditentukan oleh akumulasi dari kebajikan tadi, jadi dengan melalui, seberapa banyak kebaikan atau seberapa sedikit keburukan yang telah dilakukan oleh seseorang pada kehidupan masa lampaunya.
Aksara De 德 membuktikan, betapa kebudayaan Tiongkok dahulu kala terpateri dengan kuatnya oleh agama Buddha dan Dao. Sebaliknya orang Tionghoa zaman sekarang berpendapat bahwa aksara-aksara mereka seringkali dikeluhkan sebagai „Terlalu Ruwet“.(erabaru.or.id)*
Related Post :
Chinese
- Asal Usul Tradisi Memberikan Angpao Pada Tahun Baru Imlek
- Asal Usul Kue Keranjang
- Asal Asul Perayaan Ceng Beng 清 明 節
- Tradisi Imlek, Berharap Kesejahteraan
- Dongeng Tentang Dewa Dapur (Asal Muasal Kue Keranjang)
- Kisah Dokter Yang Luar Biasa
- Kaisar Shih Huang ( 259 SM-210 SM )
- Asal Usul Dong Zhi 冬至
- Asal Usul Kue Bulan
- Legenda Kue Bulan
- Dongeng Perayaan Kue Bulan
- Konfusius : Kesombongan VS Kebajikan
- Berterima Kasih Atas Kritikan Orang Lain
- Teka-Teki Aksara Mandarin (10)
- Kisah Yin dan Yang
- Dewa Pintu 門 神
- Teka-Teki Aksara Mandarin (9)
- Teka-Teki Aksara Mandarin (8)
- Legenda Tio Sam Hong, Tokoh Misterius Dunia Persilatan
- Sebuah Pilihan
- Nilai Tradisional Tiongkok Kuno : Bakti Anak kepada Orang Tua
- Orang yang Rendah Hati akan Mendapat Manfaat, yang Terbuai oleh Rasa Puas Diri akan Mendapatkan Kerugian
- Dongeng Aesop : Si Pelit
- Perkenalan pada Ilmu Bela Diri (Wushu) Tiongkok
- Hubungan Antara Kebaikan dan Kipas Tiongkok
History
- Asal Asul Perayaan Ceng Beng 清 明 節
- Dongeng Tentang Dewa Dapur (Asal Muasal Kue Keranjang)
- Kaisar Shih Huang ( 259 SM-210 SM )
- Asal Usul Kue Bulan
- Legenda Kue Bulan
- Dongeng Perayaan Kue Bulan
- Teka-Teki Aksara Mandarin (10)
- Kisah Yin dan Yang
- Dewa Pintu 門 神
- Teka-Teki Aksara Mandarin (9)
- Teka-Teki Aksara Mandarin (8)
- Legenda Tio Sam Hong, Tokoh Misterius Dunia Persilatan
- Penelitian Ilmiah Reinkarnasi Kehidupan: Memahami Edgar Cayce Menembus Masa Lalu
- Kisah Perjalanan Yesus ke Timur
- Perkenalan pada Ilmu Bela Diri (Wushu) Tiongkok
- Mike Lazaridis, Penemu Blackberry
- Teka-Teki Aksara Mandarin (7)
- Sumpit Cerminkan Perbedaan Budaya Kuliner Tiongkok dan Jepang
- Dr. John Stith Pemberton - Sang Penemu Coca Cola
- Teka-Teki Aksara Mandarin (6)
- Teka-Teki Aksara Mandarin (5)
- Orang Tionghoa Berasal dari Mana ?
- Teka-Teki Aksara Mandarin (4)
- Akhir Pelarian dari Negeri China ke Bagan Siapiapi
- Bakar Tongkang, Memohon Keberuntungan dan Keselamatan
0 comments:
Post a Comment