Pada umumnya orang selalu berpendapat “Take and Give” artinya mengambil (atau lebih sopan dengan menggunakan istilah “menerima” dan kemudian baru memberi. Menurut ajaran Buddha hal ini cenderung bersifat ego dan serakah, maunya menerima, menerima, baru kemudian berkenan untuk memberi, sementara ajaran Buddha mengajarkan umatnya untuk setiap saat mengembangkan pikiran welas asih dan mempraktikkan kebenaran di dalam hidup ini. Ajaran Buddha adalah ajaran pragmatis bukan dogmatis artinya ajaran yang mengajarkan pentingnya praktik daripada mencekoki umatnya dengan teori-teori kebenaran. Buddha menekankan bahwa kualitas mempraktikkan Dhamma/ kebenaran lebih sempurna, lebih berkualitas daripada melakukan pujabhatti. Bukan berarti Buddha merendahkan nilai dari pelaksanaan pujabhatti.
Orang yang suka menerima saja tanpa mau memberi sebenarnya adalah orang yang tidak bijaksana, dikatakan demikian karena ia (yang suka menerima saja) sedang menggunakan buah kamma baik di masa lampau. Sesungguhnya tanpa memberi akan terus mengurangi bahkan menghabiskan sisa kamma baiknya yang sudah ada. Dan sebaliknya mereka yang suka memberi akan terus melakukan deposit kamma baik. Menurut ajaran Kamma seyogianya kita harus terus-menerus menciptakan kamma baik sebelum mencapai Penerangan Sempurna. Karena dengan menciptakan kamma baik (melalui pikiran, ucapan, dan tindakan), maka akan membuahkan kebahagiaan baik terlahir di alam manusia maupun di alam surga. Sementara dengan melakukan kamma buruk (melalui pikiran, ucapan, dan tindakan) maka akan berakibat terlahir di alam yang menyedihkan (alam setan, alam asura, alam binatang, dan alam neraka) atau bila terlahir kembali di alam manusia, maka hidup penuh kekurangan dan penderitaan.
Bila ditinjau dari sudut pandang kamma, maka umat Buddha bukan berpikir “Take and Give”, akan tetapi “Give and Receive” artinya memberi dan menerima. Dalam pandangan Buddhis memberi adalah perbuatan yang berharga, memberi bukan berarti kita kehilangan sesuatu (kendati secara nyata memang apa yang kita miliki diberikan kepada orang lain), akan tetapi kita telah berbuat untuk menghasilkan sesuatu yang baik untuk masa depan, untuk masa yang akan datang. Seperti orang yang sedang menanam benih, maka di masa depan akan menuai hasil. Contoh lain adalah bila kita melempar benda keras yang kecil ke dalam baskom yang terisi oleh air, maka air tersebut akan menimbulkan gelombang dari benda keras yang menyentuh air tadi. Kemudian gelombang tersebut dari titik awal akan menyebar ke tepian, dan selanjutnya gelombang tersebut akan kembali ke titik awalnya. Artinya apa yang telah kita lakukan sesungguhnya akan kembali kepada kita juga. Kebaikan yang dilakukan, maka buahnya adalah kebahagiaan, kejahatan yang dilakukan akan berakibat penderitaan. Dalam pandangan Buddhis, kepada orang yang menerima barang yang kita berikan atau bantuan dari kita, bukan mereka yang harus berterima kasih, tetapi kita yang memberilah yang harus berterima kasih atas kerelaan mereka menerima barang/bantuan. Kendatipun mereka juga mengucapkan terima kasih kepada kita sebagai balas budi atas pemberian kita, sehingga mereka juga telah menanam kebajikan walaupun kecil. Mengapa demikian ? Merupakan hal yang biasa terjadi adalah orang yang menerima sesuatu/bantuan akan mengucapkan terima kasih atas apa yang mereka terima sebagai balas jasa. Berbeda halnya dengan ajaran Buddha, berhubung karena orang yang menerima pemberian telah memberikan kesempatan emas kepada pemberi untuk berdana (sehingga si pemberi telah menciptakan kamma baik yang baru) maka si pemberi harus mengucapkan terima kasih kepada penerima. Dengan pemikiran jika mereka tidak mau menerima pemberian dari kita, maka kita tidak akan dapat menciptakan kamma baik dan tidak memiliki kesempatan untuk memetik buah dari kebaikan yang akan dilakukan.
Oleh karena itu, umat Buddha mempunyai prinsip “Indahnya memberi”, maka kita seyogyanya terus-menerus memberi dan memberi. Sesuai dengan prinsip hukum kamma, kendati kita tidak berpengharapan dari apa yang kita berikan, kita akan tetap menerima hasil atau buah dari kamma yang telah kita perbuat. Sesungguhnya orang akan menjadi mulia karena suka memberi.
Marilah kita budayakan tradisi indahnya memberi dan suka memberi, bukan indahnya pahala dari suka menerima. Dengan mempunyai prinsip indahnya memberi, berarti kita telah mempraktikkan Dhamma ajaran Buddha.
Semoga dengan uraian Dhamma yang singkat dan sekelumit ini, akan membawa dampak yang besar bagi pemikiran kita. Semoga akan membawa perubahan ke arah perbaikan diri bagi kita semua. Pengharapan kita adalah semoga semua makhluk berbahagia. Untuk kedua kalinya, pengharapan kita adalah semoga semua makhluk berbahagia selalu. Untuk ketiga kalinya, pengharapan kita adalah semoga semua makhluk akan tetap berbahagia selalu. Sadhu, Sadhu, Sadhu
@Pdt Rudi Hardjon Dhammaraja
Orang yang suka menerima saja tanpa mau memberi sebenarnya adalah orang yang tidak bijaksana, dikatakan demikian karena ia (yang suka menerima saja) sedang menggunakan buah kamma baik di masa lampau. Sesungguhnya tanpa memberi akan terus mengurangi bahkan menghabiskan sisa kamma baiknya yang sudah ada. Dan sebaliknya mereka yang suka memberi akan terus melakukan deposit kamma baik. Menurut ajaran Kamma seyogianya kita harus terus-menerus menciptakan kamma baik sebelum mencapai Penerangan Sempurna. Karena dengan menciptakan kamma baik (melalui pikiran, ucapan, dan tindakan), maka akan membuahkan kebahagiaan baik terlahir di alam manusia maupun di alam surga. Sementara dengan melakukan kamma buruk (melalui pikiran, ucapan, dan tindakan) maka akan berakibat terlahir di alam yang menyedihkan (alam setan, alam asura, alam binatang, dan alam neraka) atau bila terlahir kembali di alam manusia, maka hidup penuh kekurangan dan penderitaan.
Bila ditinjau dari sudut pandang kamma, maka umat Buddha bukan berpikir “Take and Give”, akan tetapi “Give and Receive” artinya memberi dan menerima. Dalam pandangan Buddhis memberi adalah perbuatan yang berharga, memberi bukan berarti kita kehilangan sesuatu (kendati secara nyata memang apa yang kita miliki diberikan kepada orang lain), akan tetapi kita telah berbuat untuk menghasilkan sesuatu yang baik untuk masa depan, untuk masa yang akan datang. Seperti orang yang sedang menanam benih, maka di masa depan akan menuai hasil. Contoh lain adalah bila kita melempar benda keras yang kecil ke dalam baskom yang terisi oleh air, maka air tersebut akan menimbulkan gelombang dari benda keras yang menyentuh air tadi. Kemudian gelombang tersebut dari titik awal akan menyebar ke tepian, dan selanjutnya gelombang tersebut akan kembali ke titik awalnya. Artinya apa yang telah kita lakukan sesungguhnya akan kembali kepada kita juga. Kebaikan yang dilakukan, maka buahnya adalah kebahagiaan, kejahatan yang dilakukan akan berakibat penderitaan. Dalam pandangan Buddhis, kepada orang yang menerima barang yang kita berikan atau bantuan dari kita, bukan mereka yang harus berterima kasih, tetapi kita yang memberilah yang harus berterima kasih atas kerelaan mereka menerima barang/bantuan. Kendatipun mereka juga mengucapkan terima kasih kepada kita sebagai balas budi atas pemberian kita, sehingga mereka juga telah menanam kebajikan walaupun kecil. Mengapa demikian ? Merupakan hal yang biasa terjadi adalah orang yang menerima sesuatu/bantuan akan mengucapkan terima kasih atas apa yang mereka terima sebagai balas jasa. Berbeda halnya dengan ajaran Buddha, berhubung karena orang yang menerima pemberian telah memberikan kesempatan emas kepada pemberi untuk berdana (sehingga si pemberi telah menciptakan kamma baik yang baru) maka si pemberi harus mengucapkan terima kasih kepada penerima. Dengan pemikiran jika mereka tidak mau menerima pemberian dari kita, maka kita tidak akan dapat menciptakan kamma baik dan tidak memiliki kesempatan untuk memetik buah dari kebaikan yang akan dilakukan.
Oleh karena itu, umat Buddha mempunyai prinsip “Indahnya memberi”, maka kita seyogyanya terus-menerus memberi dan memberi. Sesuai dengan prinsip hukum kamma, kendati kita tidak berpengharapan dari apa yang kita berikan, kita akan tetap menerima hasil atau buah dari kamma yang telah kita perbuat. Sesungguhnya orang akan menjadi mulia karena suka memberi.
Marilah kita budayakan tradisi indahnya memberi dan suka memberi, bukan indahnya pahala dari suka menerima. Dengan mempunyai prinsip indahnya memberi, berarti kita telah mempraktikkan Dhamma ajaran Buddha.
Semoga dengan uraian Dhamma yang singkat dan sekelumit ini, akan membawa dampak yang besar bagi pemikiran kita. Semoga akan membawa perubahan ke arah perbaikan diri bagi kita semua. Pengharapan kita adalah semoga semua makhluk berbahagia. Untuk kedua kalinya, pengharapan kita adalah semoga semua makhluk berbahagia selalu. Untuk ketiga kalinya, pengharapan kita adalah semoga semua makhluk akan tetap berbahagia selalu. Sadhu, Sadhu, Sadhu
@Pdt Rudi Hardjon Dhammaraja
0 comments:
Post a Comment