Pada hakekatnya kita manusia memang harus mempunyai suatu keyakinan, sehingga eksistensi kita dikehidupan ini bisa memberi manfaat dan berguna bagi makluk lainnya. Didalam menciptakan suatu keyakinan, kita harus mempunyai niat dan tekad untuk mewujudkan bahwa kita benar-benar ingin menciptakan suasana baru didalam kehidupan ini. Adapun yang harus kita lakukan adalah suatu perbuatan, perbuatan inilah yang disebut dengan beribadah. Jadi corak perbuatan ini harus dilakukan dengan suatu kesadaran, dilakukan dengan sadar, bukan karena kebiasaan, bukan karena suatu adat istiadat, bukan karena mencari pacar, bukan pula suatu tradisi. Dengan kesadaran inilah, hendaknya yang akan memberi suatu keyakinan yang mantap pada diri kita. Setelah kita menyadari hal tersebut, lambat laun kehidupan kita akan berubah. Perubahan disini bukan hanya secara lahiriah tetapi sebuah perubahan secara batiniah, sehingga kita benar-benar bisa merasakan hasil dari perubahan tersebut.
Semua perubahan itu tergantung individu masing-masing, jika semua orang bisa menyadari akan perbuatannya, maka mereka akan selalu merenungkan semua tindakan yang akan dilakukannya. Of course, kunci utama kita adalah Pikiran, merupakan biang dari tindakan atau perbuatan yang selalu muncul. Buddha menyatakan didalam didalam ayat suci Dhammapada Yamakavagga syair pertama, yang berbunyi;
“Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pemimpin, dan pembentuk dari segala sesuatu. Apabila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan selalu mengikutinya, bagaikan roda pedati yang selalu mengikuti kemana arah lembu yang menariknya”.
Begitulah Buddha menyatakan dalam syairnya, sebagai umat Buddha, yang mengikuti jalan Dhamma, harus berusaha memahami arti syair diatas secara benar. Pada mulanya hati kita sangat jernih, namun karena selalu dikotori keserakahan, kebencian, dan kebodohan, maka hati yang jernih berubah menjadi gelap dan kelam. Sehingga kita tidak dapat melihat dan mengetahui diri kita yang sesungguhnya. Ibarat cahaya bulan yang tertutup oleh awan, kelam dan kelabu, demikianlah diri kita adanya. Melatih diri adalah cara yang paling tepat untukmenemukan diri kita yang sesungguhnya, yang tak ternoda oleh kekotoran batin. Dengan lenyapnya keserakahan, kebencian dan kebodohan maka terputuslah belenggu penderitaan. Melatih diri bertujuan untuk menciptakan kebijaksanaan, jalan inilah yang bisa mengetahui diri kita yang sesungguhnya. Lebih mulia, kita menyalahkan diri kita sendiri atas kegagalan orang lain daripada menyalahkan orang lain atas kegagalan diri kita. Janganlah selalu menyalahkan orang lain, walaupun kondisi ini kadang sulit untuk dilenyapkan, karena sumber kesalahan sesungguhnya ada pada diri kita sendiri. Semua hal itu bisa menciptakan sebuah kesombongan, kesombongan adalah awal dari kejatuhan, bisa menyebabkan kita semakin jauh dari diri kita yang sesungguhnya. MENGAPA TIMBUL KESOMBONGAN PADA DIRI KITA? Kesombongan muncul disebabkan karena kita merasa bahwa diri kita memiliki suatu kelebihan. Orang yang mempunyai anggapan seperti itu akan terjebak dengan tindakannya sendiri. Maka kejahatan akan selalu mendominasi ketimbang perbuatan baiknya. Pada akhirnya kita tidak akan pernah menemukan diri kita yang sesungguhnya. Ibarat cermin yang ditutupi debu tebal, maka kita tidak akan bisa melihat diri kita disana. Memperhatikan kesadaran adalah latihan dasar dalam belajar Buddhadhamma. Segala hal yang akan kita lakukan tentunya dilandasi dengan kesadaran, tanpa itu kita tidak mengenali apa yang kita lakukan. Jika kita berbicara dengan seseorang sementara pikiran kita ada ditempat lain, maka kita tidak dapat mendengar sepenuhnya apa yang dibicarakan. Jawaban kita mungkin tidak sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan. Tetapi ketika kia sadar, pikiran kita akan semakin terarah (terfokus), maka kelengahan dan kekakutan kita akan berkurang. Kekhawatiran akan apa yang telah dan apa yang akan terjadi , berkurang dengan sendirinya, kita akan semakin mempunyai energy untuk bertindak saat ini.
Menyadari berapa banyak energy yang kita habiskan, hanya untuk mengkhawatirkan apa yang telah dan apa yang akan terjadi, adalah suatu hal yang sangat merugikan bagi kita. Selanjutnya kita akan dapat menemukan lebih banyak vitalitas dalam melatih kesadaran kita. Seperti ketakutan, adanya perasaan takut berarti kita tidak mempunyai atau tidak memiliki ketenangan. Bila ketakutan muncul, coba tanyakan pada diri sendiri. Mengapa merasa takut? Apa yang kita takuti? Bila takut apakah masalah kita akan selesai?adakah untungnya? Sebenarnya ketakutan tidak ada untungnya, kecuali takut akan perbuatan jahat, ketakutan hanya akan menyebabkan timbulnya stress dan berbagai penyakit lainnya. Kita tidak perlu merasa takut, apa yang akan terjadi biarkan terjadi dan apa yang telah terjadi, LUPAKANLAH, jangan terus diproses didalam perasaan kita. Demikianlah pikiran itu akan sadar dengan apa yang akan terjadi, hidup kita akan semakin menemukan sebuah kebahagiaan. Menyadari apa yang akan terjadi adalah jalan untuk mendapatkan kebenaran. Janganlah mengatakan susah atau tidak mampu ketika belum mencoba, asalkan kita tempuh jalan tersebut maka semua itu akan menjadi bisa. Jangan sekali-kali mengatakan “saya hanya manusia biasa yang tidak mungkin bisa menyadari semua itu”. Jawaban-jawaban itu akan memperlemah keyakinan kita, semua orang bisa melakukan, yang terpenting kita mempunyai kemauan dan niat yang luar biasa. Orang yang disebut hebat bukan mereka yang jenius, high quality, banyak knowledges, dan punyai harta. Tetapi orang yang disebut hebat adalah orang biasa yang mempunyai sebuah komitmen yang luar biasa. Itulah orang hebat. Ingat bahwa semua orang adalah sama. Janganlah sekali-kali kita mengutamakan derajat dan kedudukan kita. Dan janganlah kita selalu berpikir, kitalah yang paling benar dan yang lain salah. Bila kita sedang dipuji tersenyumlah, sebaliknya bila kita sedang dicemooh, tersenyumlah juga.
Bila hati kita bergembira, tanyakan siapa yang bergembira dan sebaliknya bila kita sedang bersedih, tanyakan siapa yang bersedih? Perlukan kita bergembira dan bersedih? Untuk apa? Bila kita setiap saat diingatkan dengan pertanyaan-pertanyaan ini, kita akan sadar bahwa semua itu hanyalah sebuah lakonan. Semua itu disebabkan dari khayalan-khayalan kita sendiri, yang selalu datang dan pergi. Mengapa kita harus terkecoh, terjebak oleh sandiwara ini? Sesungguhnya kebodohon kitalah yang menjadi sumber utama timbulnya semua ini, dan menyebabkan kita terus berada dalam kegelapan. Bila kita ingin menyadarkan diri, janganlah mengeluh, melatih diri berarti mengerjakan sesuatu yang orang lain tidak mau mengerjakan. Inilah yang dinamakan mengumpulkan kebajikan dan kebijaksanaan. Janganlah kita selalu membuat perhitungan, untung dan rugi, memang semua ini adalah kondisi duniawi yang tidak lepas dari diri kita, ketika kita ingin berbuat baik. Walaupun orang lain mengatakan kita salah, janganlah memperdulikannya, asalkan hati kita tahu bahwa kita tidak berbuat salah. Tidak ada yang mutlak didunia ini. Benar dan salah hanyalah sebuah persepsi, benar dan salah tidak mutlak adanya. Janganlah membeda-bedakan kedua hal ini. Hal demikian hanya akan menambah beban pikiran kita sendiri. Tapi sadarilah semua itu dengan pikiran yang sehat. Sehingga kita tidak terjebak didalamnya. Lakukan kewajiban kita dengan senyuman dan expressi yang menyejukkan hati kita, waktu tidur tidurlah, waktu makan makanlah, waktu kerja kerjalah. Demikian kita bisa menjalani kehidupan ini tanpa beban pikul yang berat dan pikiran kita akan menjadi jernih dan tenang. Hari ini adalah hari ini. Hari esok adalah hari esok. Janganlah mengkhawatirkan ini dan itu dan janganlah melihat kekurangan dan kelemahan orang lain tetapi lihat dan intropeksilah kekurangan dan kelemahan kita sendiri. Setiap kondisi yang kurang menyenangkan, yang selalu muncul didalam diri kita, janganlah dipandang sebagai penderitaan. Tetapi anggaplah itu sebagai tantangan dan ujian bagi diri kita. Atasi semua itu dengan pikiran yang positif.
Hasilnya, kebijaksanaan akan terbuka dan kita sendiri akan menikmati kebahagiaan itu sendiri. Inilah yang disebut jalan kebenaran. Namun, syarat yang paling penting adalah kemauan diri kita sendiri. Apabila kita merasa perlu merubah yang buruk menjadi baik maka kita sendirilah yang menentukan. Pepatah Buddhis mengatakan ; “Najacca Rassalo Hoti, Najacca Hoti Brahmana, Kammana Rassalo Hoti, Kammana Hoti Brahmana” yang artinya bukan karena kelahiran dia disebut hina, bukan karena kelahiran dia disebut mulia, tetapi karena perbuatan dialah disebut hina, dan karena perbuatan pula dia disebut mulia. Begitulah akibat dari semua perbuatan akan kembali pada diri kita masing-masing. Buddha menyatakan didalam Samyutta NIkaya I, ayat 227 sebagai berikut; “ sesuai dengan benih yang ditabur begitulah buah yang akan dipetik, pembuat kebaikan akan mendapat kebahagiaan. Pembuat kejahatan akan mendapat penderitaan. Taburkanlah olehmu biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah dari semua itu”. Demikianlah konsep kita sebagai umat beragama, khususnya beragama Buddha, rubahlah sikap dan pikiran kita mulai dari sekarang. Semoga apa yang kita harapkan segera tercapai.
Sabbe satta bhavantu sukhittata
Semoga semua makluk berbahagia
Penyaji: Khemanando Bhikkhu
Semua perubahan itu tergantung individu masing-masing, jika semua orang bisa menyadari akan perbuatannya, maka mereka akan selalu merenungkan semua tindakan yang akan dilakukannya. Of course, kunci utama kita adalah Pikiran, merupakan biang dari tindakan atau perbuatan yang selalu muncul. Buddha menyatakan didalam didalam ayat suci Dhammapada Yamakavagga syair pertama, yang berbunyi;
“Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pemimpin, dan pembentuk dari segala sesuatu. Apabila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan selalu mengikutinya, bagaikan roda pedati yang selalu mengikuti kemana arah lembu yang menariknya”.
Begitulah Buddha menyatakan dalam syairnya, sebagai umat Buddha, yang mengikuti jalan Dhamma, harus berusaha memahami arti syair diatas secara benar. Pada mulanya hati kita sangat jernih, namun karena selalu dikotori keserakahan, kebencian, dan kebodohan, maka hati yang jernih berubah menjadi gelap dan kelam. Sehingga kita tidak dapat melihat dan mengetahui diri kita yang sesungguhnya. Ibarat cahaya bulan yang tertutup oleh awan, kelam dan kelabu, demikianlah diri kita adanya. Melatih diri adalah cara yang paling tepat untukmenemukan diri kita yang sesungguhnya, yang tak ternoda oleh kekotoran batin. Dengan lenyapnya keserakahan, kebencian dan kebodohan maka terputuslah belenggu penderitaan. Melatih diri bertujuan untuk menciptakan kebijaksanaan, jalan inilah yang bisa mengetahui diri kita yang sesungguhnya. Lebih mulia, kita menyalahkan diri kita sendiri atas kegagalan orang lain daripada menyalahkan orang lain atas kegagalan diri kita. Janganlah selalu menyalahkan orang lain, walaupun kondisi ini kadang sulit untuk dilenyapkan, karena sumber kesalahan sesungguhnya ada pada diri kita sendiri. Semua hal itu bisa menciptakan sebuah kesombongan, kesombongan adalah awal dari kejatuhan, bisa menyebabkan kita semakin jauh dari diri kita yang sesungguhnya. MENGAPA TIMBUL KESOMBONGAN PADA DIRI KITA? Kesombongan muncul disebabkan karena kita merasa bahwa diri kita memiliki suatu kelebihan. Orang yang mempunyai anggapan seperti itu akan terjebak dengan tindakannya sendiri. Maka kejahatan akan selalu mendominasi ketimbang perbuatan baiknya. Pada akhirnya kita tidak akan pernah menemukan diri kita yang sesungguhnya. Ibarat cermin yang ditutupi debu tebal, maka kita tidak akan bisa melihat diri kita disana. Memperhatikan kesadaran adalah latihan dasar dalam belajar Buddhadhamma. Segala hal yang akan kita lakukan tentunya dilandasi dengan kesadaran, tanpa itu kita tidak mengenali apa yang kita lakukan. Jika kita berbicara dengan seseorang sementara pikiran kita ada ditempat lain, maka kita tidak dapat mendengar sepenuhnya apa yang dibicarakan. Jawaban kita mungkin tidak sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan. Tetapi ketika kia sadar, pikiran kita akan semakin terarah (terfokus), maka kelengahan dan kekakutan kita akan berkurang. Kekhawatiran akan apa yang telah dan apa yang akan terjadi , berkurang dengan sendirinya, kita akan semakin mempunyai energy untuk bertindak saat ini.
Menyadari berapa banyak energy yang kita habiskan, hanya untuk mengkhawatirkan apa yang telah dan apa yang akan terjadi, adalah suatu hal yang sangat merugikan bagi kita. Selanjutnya kita akan dapat menemukan lebih banyak vitalitas dalam melatih kesadaran kita. Seperti ketakutan, adanya perasaan takut berarti kita tidak mempunyai atau tidak memiliki ketenangan. Bila ketakutan muncul, coba tanyakan pada diri sendiri. Mengapa merasa takut? Apa yang kita takuti? Bila takut apakah masalah kita akan selesai?adakah untungnya? Sebenarnya ketakutan tidak ada untungnya, kecuali takut akan perbuatan jahat, ketakutan hanya akan menyebabkan timbulnya stress dan berbagai penyakit lainnya. Kita tidak perlu merasa takut, apa yang akan terjadi biarkan terjadi dan apa yang telah terjadi, LUPAKANLAH, jangan terus diproses didalam perasaan kita. Demikianlah pikiran itu akan sadar dengan apa yang akan terjadi, hidup kita akan semakin menemukan sebuah kebahagiaan. Menyadari apa yang akan terjadi adalah jalan untuk mendapatkan kebenaran. Janganlah mengatakan susah atau tidak mampu ketika belum mencoba, asalkan kita tempuh jalan tersebut maka semua itu akan menjadi bisa. Jangan sekali-kali mengatakan “saya hanya manusia biasa yang tidak mungkin bisa menyadari semua itu”. Jawaban-jawaban itu akan memperlemah keyakinan kita, semua orang bisa melakukan, yang terpenting kita mempunyai kemauan dan niat yang luar biasa. Orang yang disebut hebat bukan mereka yang jenius, high quality, banyak knowledges, dan punyai harta. Tetapi orang yang disebut hebat adalah orang biasa yang mempunyai sebuah komitmen yang luar biasa. Itulah orang hebat. Ingat bahwa semua orang adalah sama. Janganlah sekali-kali kita mengutamakan derajat dan kedudukan kita. Dan janganlah kita selalu berpikir, kitalah yang paling benar dan yang lain salah. Bila kita sedang dipuji tersenyumlah, sebaliknya bila kita sedang dicemooh, tersenyumlah juga.
Bila hati kita bergembira, tanyakan siapa yang bergembira dan sebaliknya bila kita sedang bersedih, tanyakan siapa yang bersedih? Perlukan kita bergembira dan bersedih? Untuk apa? Bila kita setiap saat diingatkan dengan pertanyaan-pertanyaan ini, kita akan sadar bahwa semua itu hanyalah sebuah lakonan. Semua itu disebabkan dari khayalan-khayalan kita sendiri, yang selalu datang dan pergi. Mengapa kita harus terkecoh, terjebak oleh sandiwara ini? Sesungguhnya kebodohon kitalah yang menjadi sumber utama timbulnya semua ini, dan menyebabkan kita terus berada dalam kegelapan. Bila kita ingin menyadarkan diri, janganlah mengeluh, melatih diri berarti mengerjakan sesuatu yang orang lain tidak mau mengerjakan. Inilah yang dinamakan mengumpulkan kebajikan dan kebijaksanaan. Janganlah kita selalu membuat perhitungan, untung dan rugi, memang semua ini adalah kondisi duniawi yang tidak lepas dari diri kita, ketika kita ingin berbuat baik. Walaupun orang lain mengatakan kita salah, janganlah memperdulikannya, asalkan hati kita tahu bahwa kita tidak berbuat salah. Tidak ada yang mutlak didunia ini. Benar dan salah hanyalah sebuah persepsi, benar dan salah tidak mutlak adanya. Janganlah membeda-bedakan kedua hal ini. Hal demikian hanya akan menambah beban pikiran kita sendiri. Tapi sadarilah semua itu dengan pikiran yang sehat. Sehingga kita tidak terjebak didalamnya. Lakukan kewajiban kita dengan senyuman dan expressi yang menyejukkan hati kita, waktu tidur tidurlah, waktu makan makanlah, waktu kerja kerjalah. Demikian kita bisa menjalani kehidupan ini tanpa beban pikul yang berat dan pikiran kita akan menjadi jernih dan tenang. Hari ini adalah hari ini. Hari esok adalah hari esok. Janganlah mengkhawatirkan ini dan itu dan janganlah melihat kekurangan dan kelemahan orang lain tetapi lihat dan intropeksilah kekurangan dan kelemahan kita sendiri. Setiap kondisi yang kurang menyenangkan, yang selalu muncul didalam diri kita, janganlah dipandang sebagai penderitaan. Tetapi anggaplah itu sebagai tantangan dan ujian bagi diri kita. Atasi semua itu dengan pikiran yang positif.
Hasilnya, kebijaksanaan akan terbuka dan kita sendiri akan menikmati kebahagiaan itu sendiri. Inilah yang disebut jalan kebenaran. Namun, syarat yang paling penting adalah kemauan diri kita sendiri. Apabila kita merasa perlu merubah yang buruk menjadi baik maka kita sendirilah yang menentukan. Pepatah Buddhis mengatakan ; “Najacca Rassalo Hoti, Najacca Hoti Brahmana, Kammana Rassalo Hoti, Kammana Hoti Brahmana” yang artinya bukan karena kelahiran dia disebut hina, bukan karena kelahiran dia disebut mulia, tetapi karena perbuatan dialah disebut hina, dan karena perbuatan pula dia disebut mulia. Begitulah akibat dari semua perbuatan akan kembali pada diri kita masing-masing. Buddha menyatakan didalam Samyutta NIkaya I, ayat 227 sebagai berikut; “ sesuai dengan benih yang ditabur begitulah buah yang akan dipetik, pembuat kebaikan akan mendapat kebahagiaan. Pembuat kejahatan akan mendapat penderitaan. Taburkanlah olehmu biji-biji benih dan engkau pulalah yang akan merasakan buah dari semua itu”. Demikianlah konsep kita sebagai umat beragama, khususnya beragama Buddha, rubahlah sikap dan pikiran kita mulai dari sekarang. Semoga apa yang kita harapkan segera tercapai.
Sabbe satta bhavantu sukhittata
Semoga semua makluk berbahagia
Penyaji: Khemanando Bhikkhu
0 comments:
Post a Comment