Di dalam masalah pekerjaan ada orang yang mengatakan bahwa tugas pekerjaannya sangat sibuk sekali, asalkan waktu mengizinkan semua permasalahan dapat diselesaikan, tetapi hubungan kebersamaan antar relasi, adalah sebuah bidang ilmu yang sangat dalam dan muskil, lebih-lebih perasaan saling mencurigai antara sesama manusia semakin membuat tidak tahu apa yang harus diperbuat.
Di dalam dunia yang beraneka warna, yang sangat kaya akan materi, dan dengan kemajuan teknologi, fungsi kehidupan menjadi lebih leluasa. Tetapi oleh karena desakan dari hidup yang menginginkan materi, batin (jiwa) diantara manusia dan manusia juga seakan terpisah oleh pegunungan, momen atau titik balik yang tersembunyi di balik batin (jiwa) dengan sendirinya juga sangat sulit untuk terbuka.
Karena itu ada orang yang mengatakan, semua manusia zaman sekarang bagaikan mengenakan topeng.
Tentu perkataan ini hanyalah sebuah perumpamaan, dan menurut saya sendiri, saya yakin bahwa sebagian besar manusia zaman sekarang masih memiliki ketulusan dan kebaikan hati. Tetapi karena terseret oleh arus zaman sekarang yang semuanya mengutamakan materi ini, kita sering menjumpai orang yang berperilaku seperti ini, bahkan kita sendiri juga mungkin terjerumus di dalamnya, tetapi sama sekali tidak merasakannya.
Sama seperti seseorang yang selalu memamerkan dirinya sendiri, dalam sanubari orang tersebut dapat dipastikan kekurangan harga diri. Sebaliknya, seseorang yang benar-benar percaya diri dia akan merendahkan diri, karena percaya diri, juga karena mengakui diri sendiri, dia tidak perlu mencari keluar dan melakukan keterampilan permukaan. Karena manusia selalu akan menunjukkan sisi yang baik, maka perilaku tersebut di atas juga merupakan kesalahan yang mudah sekali dilanggar oleh orang zaman sekarang.
Sebenarnya, manusia itu bisa menghadapi diri sendiri dengan tulus, lebih-lebih tidak perlu menutup-nutupi segala sesuatu tentang dirinya.
Salah seorang pengusaha ternama pernah mengatakan, manusia harus dengan tulus menghadapi diri sendiri, barulah berkemungkinan melakukan usahanya dengan baik, karena ketulusan barulah bisa membuat batin (jiwa) Anda menyatu, juga karena menyatu Anda baru bisa mendapatkan kekuatan dorong yang tak kunjung habis. Oleh karena itu memenuhi kekuatan batin (jiwa) juga adalah sebuah kekuatan, dan pengejaran yang berlebihan malahan bisa melukai batin (jiwa) dan martabat diri sendiri.
Ahli filsafat mengatakan, "Yang menyebabkan kesengsaraan batin (jiwa) kita bukanlah kemiskinan melainkan adalah nafsu ketamakan dari diri kita sendiri."
Uang itu sendiri boleh dikatakan mutlak adalah baik, karena uang itu sendiri tidak tahu bagaimana secara konkrit memuaskan berbagai macam kebutuhan manusia yang berbeda, juga secara abstrak telah memenuhi segala kebutuhan manusia dalam kehidupannya.
Tetapi jika perhatian kita dicurahkan sepenuhnya untuk mencari uang, maka kita tidak mungkin bisa memiliki kebahagiaan yang konkrit.
Bagaimanakah seharusnya kita menghadapi kenangan yang menyakitkan? Banyak orang menyuruh diri sendiri jangan lagi berpikir tentang hal tersebut, betulkah ini cara yang paling efektif? Bisakah minum obat menghapus memori tersebut?
Satu-satunya Cara Pemulihan
Mungkinkah seseorang menghapus tuntas memori yang sangat tidak menyenangkan, tak peduli melalui minum obat, hipnotis ataukah metode lainnya? Jawaban dari pertanyaan ini ialah “tidak mungkin”, minimal dengan teknologi modern adalah tidak mungkin.
Maka dari itu, apabila anda telah mengakumulasi banyak memori yang menyakitkan, tak ada cara melalui kekuatan luar yang mampu menghapus memori tersebut. Menghadapi ingatan yang tidak menggembirakan ini, satu-satunya cara yang bisa dilakukan ialah, menghadapinya dengan tulus dan jujur.
Menghadapi dengan tulus berarti anda menerima apa yang anda di dalam hati sanubari, bukannya menekan perasaan tersebut dan membohongi diri sendiri seolah seperti tak terjadi apa-apa.
Ambil suatu contoh, ketika ibu anda dirumah mendidik terlalu keras dan merasa marah oleh karenanya, bukannya berkata kepada diri sendiri dengan demi kebaikan saya, maka saya tidak seharusnya marah, melainkan malah berkata kepada diri sendiri: “Saya adalah apa yang ada di dalam perasaan saya, inilah suasana hati saya”.
Mengenai bagaimana hendak memberesi suasana hati yang negatif tersebut, itu adalah persoalan kelak, sedikitnya pada tahapan sekarang ini semestinya harus dengan tulus dan jujur dalam menghadapi diri sendiri.
Misalkan lagi, jikalau seseorang selalu saja mengingat-ingat sebagian pengalaman masa lalu yang menyakitkan, jangan selalu bicara terhadap diri sendiri: “Jangan memikirkannya lagi, masa lampau toh sudah berlalu”, malahan seharusnya memeriksa dan menelaah ulang pengalaman menyakitkan tersebut.
Terutama dikarenakan, apabila suatu hal sudah berlalu sekian tahun lamanya, selalu saja muncul di dalam benak, menandakan hal itu bagi anda pasti cukup penting, juga menandakan bahwa luka-luka tersebut belum selesai tuntas.
Di dalam pembicaraan dengan pasien saya, tak pernah menemui ada orang yang mampu melalui tekad kuat untuk menekan dan menguasai memori lama secara total. Malah sebaliknya, terdapat banyak sekali orang yang senantiasa dengan perasaan tertekan, sampai akhirnya pada suatu hari suasana hati yang keras dilampiaskan keluar.
Misalnya saja, suasana jiwa manusia bagaikan sebuah sungai, sedangkan marah, takut, susah adalah kayu apung yang sesekali mengalir lewat. Apabila kayu apung muncul, anda bisa menerima keberadaannya, membiarkannya mengalir pergi dengan perlahan, sesudah lewat suatu tenggang waktu, kayu apung tersebut akan lenyap total hanyut sampai hilir sungai.
Akan tetapi, jikalau anda tak mampu mentoleransi keberadaan kayu apung tersebut, dan membenamkan kayu-kayu apung itu satu per satu ke dalam dasar sungai, dilihat secara permukaan, sungai dengan segera terlihat bersih, sepertinya segala sesuatunya berlangsung dengan sangat indahnya, namun lewat sekian lama, kayu yang dibenamkan paksa ke dalam dasar sungai itu lantas membuntu aliran sungai, secara lambat laun membuat kualitas air seluruh sungai akan memburuk.
Suasana jiwa manusia juga demikian, menekan emosi hanyalah membuat jiwa seseorang dapat timbul masalah yang lebih banyak, menghadapinya dengan tulus barulah bisa membuat problema secara perlahan menghilang.
Tentu saja, menghendaki seseorang menyelidiki dan menyentuh perasaan sejati yang terdapat dalam hati, secara apa adanya berhadapan dengan rasa sakit hati, adalah suatu proses yang sangat menyakitkan. Jikalau ada orang bisa menemukan semacam obat yang sesudah diminum bisa membuat orang melupakan urusan yang tidak ingin kita ingat, juga tidak bakal berefek terhadap kinerja otak, maka penulis sangat setuju mendukung metode terapi semacam itu.
Karena apabila obat-obatan bisa lebih cepat dan lebih efektif menyelesaikan problema, mengapa tidak digunakan? Namun dalam kenyataannya, obat-obatan tidaklah memiliki hasil yang begitu mujarab, maka dari itu kita tidak punya pilihan lain. Oleh karena itu, penulis menyarankan dalam menghadapi masalah dalam hati hendaknya dihadapi dengan tulus, bukannya karena ini adalah suatu jalan yang mudah dilalui, melainkan dikarenakan ini adalah jalan satu-satunya.
Ruang Terapi Kejiwaan
Banyak orang mengira masalah kejiwaan tidak bisa diselesaikan, karena mereka menemukan bagaimanapun diupayakan, memori menyakitkan masih saja eksis. Sesungguhnya, penderitaan bisa senantiasa eksis adalah masuk akal, justru karena anda selalu menghindar, tidak rela menghadapinya secara langsung malah akan selalu muncul.
Satu-satunya cara yang dapat menyelesaikan penderitaan adalah menghadapinya dengan tulus. Hanya apabila anda melihat penderitaan tersebut dengan jelas, barulah anda terbebaskan dari dalam penderitaan ini.
Dikutip dari buku: Pikiran Sekilas Bergerak, Hati Tidak Kesal Lagi. (Yang Shunxing/The Epoch Times/whs)
Di dalam dunia yang beraneka warna, yang sangat kaya akan materi, dan dengan kemajuan teknologi, fungsi kehidupan menjadi lebih leluasa. Tetapi oleh karena desakan dari hidup yang menginginkan materi, batin (jiwa) diantara manusia dan manusia juga seakan terpisah oleh pegunungan, momen atau titik balik yang tersembunyi di balik batin (jiwa) dengan sendirinya juga sangat sulit untuk terbuka.
Karena itu ada orang yang mengatakan, semua manusia zaman sekarang bagaikan mengenakan topeng.
Tentu perkataan ini hanyalah sebuah perumpamaan, dan menurut saya sendiri, saya yakin bahwa sebagian besar manusia zaman sekarang masih memiliki ketulusan dan kebaikan hati. Tetapi karena terseret oleh arus zaman sekarang yang semuanya mengutamakan materi ini, kita sering menjumpai orang yang berperilaku seperti ini, bahkan kita sendiri juga mungkin terjerumus di dalamnya, tetapi sama sekali tidak merasakannya.
Sama seperti seseorang yang selalu memamerkan dirinya sendiri, dalam sanubari orang tersebut dapat dipastikan kekurangan harga diri. Sebaliknya, seseorang yang benar-benar percaya diri dia akan merendahkan diri, karena percaya diri, juga karena mengakui diri sendiri, dia tidak perlu mencari keluar dan melakukan keterampilan permukaan. Karena manusia selalu akan menunjukkan sisi yang baik, maka perilaku tersebut di atas juga merupakan kesalahan yang mudah sekali dilanggar oleh orang zaman sekarang.
Sebenarnya, manusia itu bisa menghadapi diri sendiri dengan tulus, lebih-lebih tidak perlu menutup-nutupi segala sesuatu tentang dirinya.
Salah seorang pengusaha ternama pernah mengatakan, manusia harus dengan tulus menghadapi diri sendiri, barulah berkemungkinan melakukan usahanya dengan baik, karena ketulusan barulah bisa membuat batin (jiwa) Anda menyatu, juga karena menyatu Anda baru bisa mendapatkan kekuatan dorong yang tak kunjung habis. Oleh karena itu memenuhi kekuatan batin (jiwa) juga adalah sebuah kekuatan, dan pengejaran yang berlebihan malahan bisa melukai batin (jiwa) dan martabat diri sendiri.
Ahli filsafat mengatakan, "Yang menyebabkan kesengsaraan batin (jiwa) kita bukanlah kemiskinan melainkan adalah nafsu ketamakan dari diri kita sendiri."
Uang itu sendiri boleh dikatakan mutlak adalah baik, karena uang itu sendiri tidak tahu bagaimana secara konkrit memuaskan berbagai macam kebutuhan manusia yang berbeda, juga secara abstrak telah memenuhi segala kebutuhan manusia dalam kehidupannya.
Tetapi jika perhatian kita dicurahkan sepenuhnya untuk mencari uang, maka kita tidak mungkin bisa memiliki kebahagiaan yang konkrit.
Bagaimanakah seharusnya kita menghadapi kenangan yang menyakitkan? Banyak orang menyuruh diri sendiri jangan lagi berpikir tentang hal tersebut, betulkah ini cara yang paling efektif? Bisakah minum obat menghapus memori tersebut?
Satu-satunya Cara Pemulihan
Mungkinkah seseorang menghapus tuntas memori yang sangat tidak menyenangkan, tak peduli melalui minum obat, hipnotis ataukah metode lainnya? Jawaban dari pertanyaan ini ialah “tidak mungkin”, minimal dengan teknologi modern adalah tidak mungkin.
Maka dari itu, apabila anda telah mengakumulasi banyak memori yang menyakitkan, tak ada cara melalui kekuatan luar yang mampu menghapus memori tersebut. Menghadapi ingatan yang tidak menggembirakan ini, satu-satunya cara yang bisa dilakukan ialah, menghadapinya dengan tulus dan jujur.
Menghadapi dengan tulus berarti anda menerima apa yang anda di dalam hati sanubari, bukannya menekan perasaan tersebut dan membohongi diri sendiri seolah seperti tak terjadi apa-apa.
Ambil suatu contoh, ketika ibu anda dirumah mendidik terlalu keras dan merasa marah oleh karenanya, bukannya berkata kepada diri sendiri dengan demi kebaikan saya, maka saya tidak seharusnya marah, melainkan malah berkata kepada diri sendiri: “Saya adalah apa yang ada di dalam perasaan saya, inilah suasana hati saya”.
Mengenai bagaimana hendak memberesi suasana hati yang negatif tersebut, itu adalah persoalan kelak, sedikitnya pada tahapan sekarang ini semestinya harus dengan tulus dan jujur dalam menghadapi diri sendiri.
Misalkan lagi, jikalau seseorang selalu saja mengingat-ingat sebagian pengalaman masa lalu yang menyakitkan, jangan selalu bicara terhadap diri sendiri: “Jangan memikirkannya lagi, masa lampau toh sudah berlalu”, malahan seharusnya memeriksa dan menelaah ulang pengalaman menyakitkan tersebut.
Terutama dikarenakan, apabila suatu hal sudah berlalu sekian tahun lamanya, selalu saja muncul di dalam benak, menandakan hal itu bagi anda pasti cukup penting, juga menandakan bahwa luka-luka tersebut belum selesai tuntas.
Di dalam pembicaraan dengan pasien saya, tak pernah menemui ada orang yang mampu melalui tekad kuat untuk menekan dan menguasai memori lama secara total. Malah sebaliknya, terdapat banyak sekali orang yang senantiasa dengan perasaan tertekan, sampai akhirnya pada suatu hari suasana hati yang keras dilampiaskan keluar.
Misalnya saja, suasana jiwa manusia bagaikan sebuah sungai, sedangkan marah, takut, susah adalah kayu apung yang sesekali mengalir lewat. Apabila kayu apung muncul, anda bisa menerima keberadaannya, membiarkannya mengalir pergi dengan perlahan, sesudah lewat suatu tenggang waktu, kayu apung tersebut akan lenyap total hanyut sampai hilir sungai.
Akan tetapi, jikalau anda tak mampu mentoleransi keberadaan kayu apung tersebut, dan membenamkan kayu-kayu apung itu satu per satu ke dalam dasar sungai, dilihat secara permukaan, sungai dengan segera terlihat bersih, sepertinya segala sesuatunya berlangsung dengan sangat indahnya, namun lewat sekian lama, kayu yang dibenamkan paksa ke dalam dasar sungai itu lantas membuntu aliran sungai, secara lambat laun membuat kualitas air seluruh sungai akan memburuk.
Suasana jiwa manusia juga demikian, menekan emosi hanyalah membuat jiwa seseorang dapat timbul masalah yang lebih banyak, menghadapinya dengan tulus barulah bisa membuat problema secara perlahan menghilang.
Tentu saja, menghendaki seseorang menyelidiki dan menyentuh perasaan sejati yang terdapat dalam hati, secara apa adanya berhadapan dengan rasa sakit hati, adalah suatu proses yang sangat menyakitkan. Jikalau ada orang bisa menemukan semacam obat yang sesudah diminum bisa membuat orang melupakan urusan yang tidak ingin kita ingat, juga tidak bakal berefek terhadap kinerja otak, maka penulis sangat setuju mendukung metode terapi semacam itu.
Karena apabila obat-obatan bisa lebih cepat dan lebih efektif menyelesaikan problema, mengapa tidak digunakan? Namun dalam kenyataannya, obat-obatan tidaklah memiliki hasil yang begitu mujarab, maka dari itu kita tidak punya pilihan lain. Oleh karena itu, penulis menyarankan dalam menghadapi masalah dalam hati hendaknya dihadapi dengan tulus, bukannya karena ini adalah suatu jalan yang mudah dilalui, melainkan dikarenakan ini adalah jalan satu-satunya.
Ruang Terapi Kejiwaan
Banyak orang mengira masalah kejiwaan tidak bisa diselesaikan, karena mereka menemukan bagaimanapun diupayakan, memori menyakitkan masih saja eksis. Sesungguhnya, penderitaan bisa senantiasa eksis adalah masuk akal, justru karena anda selalu menghindar, tidak rela menghadapinya secara langsung malah akan selalu muncul.
Satu-satunya cara yang dapat menyelesaikan penderitaan adalah menghadapinya dengan tulus. Hanya apabila anda melihat penderitaan tersebut dengan jelas, barulah anda terbebaskan dari dalam penderitaan ini.
Dikutip dari buku: Pikiran Sekilas Bergerak, Hati Tidak Kesal Lagi. (Yang Shunxing/The Epoch Times/whs)
0 comments:
Post a Comment