DbClix
SentraClix

Thursday, December 17, 2009

Orang Buta dan Gajah

Suatu ketika Bhagava tengah tinggal di Savatthi di Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Pada saat itu sejumlah petapa dan brahmana, pengelana dari sekte-sekte lain, tengah tinggal di sekitar Savatthi. Mereka menganut beragam pandangan, kepercayaan, dan pendapat, serta menyebarkan pelbagai pandangan. Dan mereka suka bertengkar, suka berselisih, suka bersengketa, saling melukai dengan kata-kata tajam, dengan berkata, "Dhamma adalah seperti ini, Dhamma bukan seperti itu! Dhamma bukan seperti ini, Dhammaadalah seperti itu!"


Lalu sejumlah Bhikkhu memasuki Savatthi untuk menerima dana. Setelah kembali, seusai makan, mereka mendekati Bhagava, bersujud kepada Nya, duduk di satu sisi, dan menceritakan kepadaNya apa yang telah mereka lihat.

Sang Bhagava berkata : "Para Bhikkhu, para pengalana dari sekte-sekte lain buta dan tak mampu melihat. Mereka tidak mengetahui apa yang bermanfaat dan yang merugikan. Mereka tidak mengetahui apa yang merupakan Dhamma dan apa yang bukan Dhamma, dan karenanya mereka suka bertengkar dan berselisih."

"Para Bhikkhu, dahulu ada seorang raja diSavatthi yang berkata kepada seorang pria dan menitahkannya untuk mengumpulkan semua orang di kota tersebut yang buta sejak lahir. Setelah pria itu melaksanakannya, raja menyuruh pria itu untuk menunjukkan seekor gajah bagi pria buta tersebut. Terhadap sebagian pria buta tersebut, ia menunjukkan kepala gajah itu, sebagian lain telinganya, terhadap yang lainnya sebilah gadingnya, belalainya, tubuhnya, setungkai kakinya, bagian belakangnya, ekornya, atau jumbai di ujung ekornya. Dan terhadap tiap orang itu ia berkata,'ini adalah gajah' "

Setelah ia melaporkan kepada raja apa yang telah dilakukannya, raja menemui para pria buta itu dan bertanya kepada mereka,"'Katakanlah, para pria buta, seperti apa gajah itu?"

Mereka yang telah ditujnjukkan kepala gajah menjawab, "Gajah itu, Paduka, persis seperti kendi air." Mereka yang telah ditunjukkan telinga gajah menjawab, "Gajah itu persis seperti tampah." Mereka yang telah ditunjukkan gading gajah menjawab, "Gajah itu persis seperti mata bajak." Mereka yang tekah ditunjukkan belalai gajah menjawab, "Gajah itu persis seperti tangkai luku." Mereka yang telah ditunjukkan tubuh gajah menjawab, "Gajah itu persis seperti gudang." Dan tiap orang lainnya juga menggambarkan gajah tersebut sesuai dengan bagian tubuh yang telah ditunjukkan kepada mereka.

Lalu, seraya berkata, "Gajah adalah seperti ini, gajah bukan seperti itu! Gajah bukan seperti ini, gajah adalah seperti itu!" , mereka baku hantam dengan tinju mereka. Demikian pula para Bhikkhu, para pengelana dari sekte-sekte lain tersebut buta dan tak mampu melihat, dan karenanya mereka suka bertengkar, suka berselisih dan suka bersengketa, saling melukai dengan kata-kata tajam.

(Udana 6:4; 67-69)

Related Post :

0 comments: