DbClix
SentraClix

Sunday, June 14, 2009

Bakar Tongkang, Memohon Keberuntungan dan Keselamatan

Bagan Siapiapi, bukanlah kota yang akrab di telinga masyarakat Indonesia. Pada saat kita melintas di Jalan Lintas Sumatera, Propinsi Riau, tak banyak yang tahu dimana Kota Bagan Siapiapi yang sejak dikeluarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999, tepatnya 4 Oktober 1999 lalu resmi menjadi Kabupaten Rokan Hilir, yang selama ini masuk wilayah Kabupaten Bengkalis.


Ketidaktahuan banyak orang dimana Bagan Siapiapi yang merupakan ibukota Kabupaten Rokan Hilir, karena letaknya tidak berada di Jalan Lintas Sumatera, layaknya di banyak kabupaten dan kota di Indonesia. Untuk sampai ke Bagan Siapiapi masuk dari Simpang Ujung Tanjung atau Simpang Kanan yang berada di Jalan Lintas Sumatera. Jarak dari Simpang Ujung Tanjung ke Bagan Siapiapi 70 kilometer.

Kota Bagan Siapiapi bukanlah kota besar. Untuk melihat seluruh kota ini tidak perlu membutuhkan waktu yang cukup lama, karena jarak dari satu tempat ke tempat cukup dekat. Begitu juga dengan aktifitas masyarakat di kota ini tidak terlihat kesibukan yang berarti. Lalu lintas dominan sepeda motor, sementara kenderaan roda empat masih sedikit apalagi angkota kota masih belum ada. Bagi pengemudi harus ekstra hati-hati, sebab di Bagan Siapiapi masih sangat minim ditemukan rambu-rambu lalulintas.

Namun, pada tanggal 8 dan 9 Juni lalu, Kota Bagan Siapiapi mendadak ramai dikunjungi banyak orang. Pada tanggal tersebut adalah tanggal 15 dan 16 bulan 5 tahun Imlek. Mereka yang datang pada tanggal tersebut bukan saja yang berada di sekitar Kabupaten Rokan Hilir, tapi juga dari berbagai daerah di Indonesia dan dari luar negeri seperti Malaysia, Singapura, Taiwan, Cina, Hongkong dan beberapa negara lainnya. Kehadiran mereka yang setiap tahun datang ke Bagan Siapiapi untuk melaksanakan dan melihat ritual Bakar Tongkang yang sudah dilakukan sejak lama.

Walau hanya berlangsung selama dua hari, ritual Bakar Tongkang ternyata mampu menyedot banyak perhatian banyak orang. Setiap acara ini dilaksanakan, ribuan orang datang ke kota ini. Bagi mereka yang berencana untuk ikut atau melihat acara Bakar Tongkang, jauh-jauh hari sudah mempersiapkan diri, salah satu yang terpenting penginapan. Ketersediaan jumlah kamar yang dimiliki penginapan di Bagan Siapiapi tidak mampu melayani jumlah pengunjung yang datang. Agar pengunjung memperoleh tempat menginap, salah satu tinggal di rumah masyarakat.

Ritual Bakar Tongkang

Hari pertama, sebelum tongkat diarak ke Kelenteng In Hok Kiong masyarakat Tionghoa melakukan sembahyang. Di Kelentang In Hok Kiong berbagai antraksi dilakukan. Di simpang Jalan Kelenteng, puluhan Hio berukuran besar dibakar.

Persembahyangan pertama dilaksanakan saat masuk pukul 00.00 WIB, tanggal 15 bulan 5 Imlek. Para penziarahan mulai bersembahyang, hio-hio raksasa dibakar dan sesajen seperti kue, buah-buahan, daging babi, ikan dan ayam disusun di atas altar. Ritual ini berlangsung hingga siang hari sampai saat menjemput tongkang yang masih berada di tempat pembuatannya.

Namun pelaksanaan Bakar Tongkang kali ini hanya terlihat hio-hio raksasa dibakar, sedangkan sesajen seperti kue, buah-buahan, daging babi, ikan dan ayam disusun di atas altar tidak terlihat di halaman Kelenteng In Hok Kiong.

Kehadiran Barangsong yang tampil di Jalan Kelenteng memakau para pengunjung. Para pengunjung yang datang dari berbagai tempat seperti Jakarta, Surabaya, Malang waktu itu berkumpul di halaman Kelenteng In Hok Kiong. Sementera para pengunjung terus melakukan sembahyang. Meski suhu udara terasa sangat panas, tidak mengurungkan keinginan masyarakat untuk melihat dan mengabadikan setiap atraksi yang sudah menjadi agenda tahunan di Bagan Siapiapi.

Sekitar pukul 16.00 WIB, tongkang mulai diarak menuju Kelenteng In Hok Kiong. Setelah tongkat disembahyangkan di depan kelenteng, maka aktifitas persembahyangan di kelenteng dihentikan dan ditutup sementera waktu untuk memberikan kesempatan bagi Dewa Kie Ong Ya menjamu para dewa lainnya menikmati shingle yang telah disiapkan para peziarah. Pada malam hari di Jalan Kelenteng digelar acara hiburan dengan menampilkan artis Hongkong. Pesta kembang api menambah suasana malam menjadi semarak.

Hari kedua, dilaksanakan setelah tongkat diresmikan dan disemayamkan di Kelenteng In Hok Kiong pada tanggal 16 bulan 5 Imlek. Upacara peresmian ini dilakukan seorang ahli gaib/suhu yang biasanya disebut Tangki. Setelah itu, kelenteng kembali dibuka dan persembahyangan dilakukan sampai acara selesai saat tongkang dibakar. Segala utusan dari kelentengdi Bagan Siapiapi berkumpul dan bersiap untuk ikut mengarak tongkang. Masing-masing utusan memakai seragam tersendiri penanda dari rombongan.

Selain itu, setiap rombongan membawa Tangki masing-masing sekalian dengan perlengkapan atraksinya mirip atraksi ‘debus’. Setelah seluruh pengarak tongkang berkumpul di depan halaman Kelenteng In Hok Kiong, iring-iringan segera menuju area pembakaran, diikuti oleh ribuan orang penziarah.

Sesampainya di area pembakaran, terlebih dahulu ditentukan arah posisi haluan tongkang menurut petunjung dewa Ki Ong Ya, yang menurut filosofi mereka adalah penunjuk arah rezeki atau kebaikkan untuk usaha dan keselamatan masyarakat Tionghoa.

Setelah tongkang diletakkan, maka kertas sesembahan ditimbunkan di lambung tongkang yang sedang dibakar. Dalam hitungan menit, ribuan kertas sembahyang berubah menjadi kobaran api yang cukup besar menghanguskan seluruh bagian hingga kapal menjadi abu. Pada waktu tongkang dibakar. utusan dari kelenteng terus melakukan berbagai atraksi dan sebelum tongkang menjadi abu, peserta Bakar Tongkang menanti arah jatuhnya tiang tongkang.

Posisi jatuh tiang tongkang dipercaya menentukan sektor apa yang akan memberi hoki/keberuntungan untuk mereka lakukan pada tahun depan. Apabil tiang tongkang jatuh ke arah laut, maka dipercaya rezeki ada di laut, dan bila tiang tongkang jatuh ke arah darat, maka dipercaya rezeki berada di darat. [Fahrin Malau-analisadaily.com]

Related Post :

0 comments: