Di dalam hati setiap orang tersimpan keberanian, kehangatan dan ketulusan hati, mereka setiap saat akan menyadarkan kita untuk mengulurkan tangan memberi bantuan kepada teman kita yang sedang dalam kesulitan, mencegah pihak lain melukai orang lain. Ketika kita bisa benar-benar menyatukan jiwa dan raga, maka Anda akan menemukan bahwa setiap orang berharap bisa hidup dalam kebebasan dan kedamaian, dan kita sendiri juga bisa setiap saat mengasihi, memaafkan dan membalas budi.
Ketika kita menggunakan kasih untuk memberi balasan kepada orang lain, maka berarti kita telah mendirikan suatu dunia yang penuh ketulusan dan kedamaian.
Bukan hanya orang maha bijak saja yang bisa bersikap penuh pengampunan dan memaafkan orang lain. Sebenarnya sifat kasih dan bersimpati kepada orang lain tidak memerlukan alasan yang muluk-muluk atau perwujudan sikap yang dibuat-buat.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap saat kita selalu memiliki kesempatan untuk mencerminkan perhatian, memberi kelonggaran dan menghormati orang lain. Jika setiap pergaulan kita dengan orang lain dapat berdasar pada kasih dan perhatian kepada orang lain, kita pasti bisa menciptakan suasana dunia yang harmonis dan penuh dengan kehangatan.
Keagungan jiwa bukan terletak pada seberapa banyak kita telah mengeluarkan perhatian dan kasih untuk memperbaiki dunia, tetapi keyakinan kita terhadap kasihlah yang telah menyokong hati kita menjadi berlimpah dengan perhatian, bersamaan dengan itu, ia telah membasahi jiwa kita, serta membumbungkan pikiran kita.
Dalam alam semesta yang maha luas, tersimpan misteri besar yang tak kunjung habis. Manusia datang ke dunia hanya beberapa puluh tahun lamanya, materi yang dimiliki juga hanya seperti awan dan asap yang lewat di depan mata, sekejab saja akan sirna, lahir tidak membawa apa-apa, dan matipun tidak bisa dibawa pergi.
Di dalam masyarakat yang beraneka ragam dan rumit serta penuh persaingan, juga hasrat materi yang berlebihan, bukankah kita semua telah menjauh dari kesederhaan hati yang seharusnya kita miliki? Dan sebaliknya kita bahkan telah terbebani oleh kerisauan yang tak kunjung habis.
Untuk itu janganlah membiarkan jiwa kita tersesat dalam perebutan kekuasaan, kerisauan nafsu hasrat, marilah kita mencari kembali keberanian, semangat, ketulusan hati dan sifat memaafkan, simpati serta bermurah hati yang tersimpan dan terpendam di dalam jiwa kita.
CEO perusahaan Coca Cola pernah berkata, “Kita semua manusia layaknya seperti seorang badut yang sedang memainkan lima bola. Kelima bola ini mewakili pekerjaan Anda, kesehatan Anda, rumah tangga Anda, teman Anda dan jiwa Anda.”
“Dari kelima bola ini hanya ada satu bola yang terbuat dari bahan karet, jika bola itu jatuh ke tanah dia akan terpental kembali, bola itulah yang mewakili pekerjaan. Empat bola yang lain semuanya terbuat dari bahan kaca, begitu jatuh ke tanah ia akan segera hancur. Bila si badut tidak berhati-hati dalam bertindak, maka hancurlah permainannya, ia tidak akan bisa mengulang lagi apa yang hendak dilakukan.”
Karena itu kita makin harus menghargai dunia batin kita yang kaya dan berlimpah ruah. (Li Yunzhong /The Epoch Times/lin)
Ketika kita menggunakan kasih untuk memberi balasan kepada orang lain, maka berarti kita telah mendirikan suatu dunia yang penuh ketulusan dan kedamaian.
Bukan hanya orang maha bijak saja yang bisa bersikap penuh pengampunan dan memaafkan orang lain. Sebenarnya sifat kasih dan bersimpati kepada orang lain tidak memerlukan alasan yang muluk-muluk atau perwujudan sikap yang dibuat-buat.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap saat kita selalu memiliki kesempatan untuk mencerminkan perhatian, memberi kelonggaran dan menghormati orang lain. Jika setiap pergaulan kita dengan orang lain dapat berdasar pada kasih dan perhatian kepada orang lain, kita pasti bisa menciptakan suasana dunia yang harmonis dan penuh dengan kehangatan.
Keagungan jiwa bukan terletak pada seberapa banyak kita telah mengeluarkan perhatian dan kasih untuk memperbaiki dunia, tetapi keyakinan kita terhadap kasihlah yang telah menyokong hati kita menjadi berlimpah dengan perhatian, bersamaan dengan itu, ia telah membasahi jiwa kita, serta membumbungkan pikiran kita.
Dalam alam semesta yang maha luas, tersimpan misteri besar yang tak kunjung habis. Manusia datang ke dunia hanya beberapa puluh tahun lamanya, materi yang dimiliki juga hanya seperti awan dan asap yang lewat di depan mata, sekejab saja akan sirna, lahir tidak membawa apa-apa, dan matipun tidak bisa dibawa pergi.
Di dalam masyarakat yang beraneka ragam dan rumit serta penuh persaingan, juga hasrat materi yang berlebihan, bukankah kita semua telah menjauh dari kesederhaan hati yang seharusnya kita miliki? Dan sebaliknya kita bahkan telah terbebani oleh kerisauan yang tak kunjung habis.
Untuk itu janganlah membiarkan jiwa kita tersesat dalam perebutan kekuasaan, kerisauan nafsu hasrat, marilah kita mencari kembali keberanian, semangat, ketulusan hati dan sifat memaafkan, simpati serta bermurah hati yang tersimpan dan terpendam di dalam jiwa kita.
CEO perusahaan Coca Cola pernah berkata, “Kita semua manusia layaknya seperti seorang badut yang sedang memainkan lima bola. Kelima bola ini mewakili pekerjaan Anda, kesehatan Anda, rumah tangga Anda, teman Anda dan jiwa Anda.”
“Dari kelima bola ini hanya ada satu bola yang terbuat dari bahan karet, jika bola itu jatuh ke tanah dia akan terpental kembali, bola itulah yang mewakili pekerjaan. Empat bola yang lain semuanya terbuat dari bahan kaca, begitu jatuh ke tanah ia akan segera hancur. Bila si badut tidak berhati-hati dalam bertindak, maka hancurlah permainannya, ia tidak akan bisa mengulang lagi apa yang hendak dilakukan.”
Karena itu kita makin harus menghargai dunia batin kita yang kaya dan berlimpah ruah. (Li Yunzhong /The Epoch Times/lin)
0 comments:
Post a Comment