DbClix
SentraClix

Saturday, September 19, 2009

Hidup Rukun Dengan Diri Sendiri

Pada umumnya orang menjadi baik ketika orang-orang di sekitarnya baik. Tetapi menjadi baik hanya saat orang lain baik terhadap Anda bukanlah sifat sejati seorang manusia bajik. Seorang manusia bajik adalah seseorang yang bajik (berbudi luhur) tak perduli bagaimana tingkah laku orang-orang di sekitarnya apakah baik atau buruk itu barulah seseorang manusia berbudi luhur.

Ketika Anda tinggal di suatu komunitas Anda harus berusaha hidup rukun bersama orang-orang di seputar Anda. Tetapi ketika Anda sendirian, apakah Anda hidup rukun dengan diri (batin) Anda ?


Seseorang manusia berbudi luhur adalah seseorang yang hidup dengan sadar (menegakkana sati), bijkasana dan penuh cinta kasih (metta) terhadap pihak lain. Jika Anda hidup dengan penuh sati, bijaksana, dan metta, Anda akan hidup rukun dengan siapa saja.

Bukan hanya terbatas pada manusia saja, bahkan Sakka ( Raja para dewa), yang tak mampu hidup secara demikian, mengalami penderitaan saat menjelang akhir hidupnya di alam dewa. Mengapa ? Batinnya diliputi dengan iri hati dan kekalutan karena bakal terlepasnya kerajaan surgawi serta semua pemilikannya kepada penerusyang berikut.

Karena itu dewa Sakka menghadap Sang Buddha dan bertanya, "semua makhluk hidup menginginkan kebahagiaan, kedamaian, kesejahteraan, terbebas dari penderitaan. Namun, walaupun mereka menginginkan ini semua, mengapa mereka tidak terbebas dari penderitaan ?

Sang Buddha menjawab, "makhluk hidup mendambakan semua ini namun mereka masih menderita karena iri hati (issa) dan kikir(macchariya)." Bila seseorang menumbuhkan rasa dengki saat melihat keberuntungan atau kesejahteraan orang lain, itulah issa. Bila seseorang tidak senang dengan kemajuan orang lain dalam Dhamma, itulah issa. Seseorang merasa senang karena ketidakberuntungan (kemalangan) orang lain orang ini takkan pernah merasa tenteram. Bila seseorang memegang erat-erat pemilikannya itulah macchariya.

Bila pihak lain berperilaku baik, sukses, berpendidikan orang seyogianya turut berbahagia atas keberuntungan mereka. Sejumlah orang tidak memandangnya secara demikian, mereka hanya bisa mengais kesalahan, memandang dari sisi negatif saja. Timbul iri hati ketika orang lain lebih sukses. ketika orang lain lebih maju dalam kebijaksanaan atau pengetahuan, muncul iri hati.

Iri hati adalah Dosa (kebencian). Meninggal dengann batin diliputi dosa kan terlahir langsung di alam neraka. Kikir adalah Lobha (serakah). Meninggal dengan lobha akan terlahir di alam Peta. Bila seseorang bebas dari iri hati dan kikir, ia akan mengalami kedamaian pada saat itu juga. Karena lobha dan dosa , makhluk hidup berada dalam kesengsaraan yang memilukan.

Sekarang seseorang bermeditasi untuk mengurangi lobha dan dosa. Namun malah dalam meditasi ini muncul lobha dan dosa. Ketika sedang makan, lobha pun muncul. Ketika batin sedang di liputi kedamaian, keadaan yang menyenangkan, muncul rasa suka terhadapnya. Ketika meditasi berjalan baik, muncul rasa suka, itulah lobha. Ketika batin sedang sedang gelisah atau kalut, muncul rasa tidak suka. ketika yang terjadi tidak seperti yang diharapkan muncul rasa tidak suka, itu adalah dosa.

Anda bermeditasi untuk mengurangi lobha dan dosa namun lobha dan dosa tetap muncul. Jadi, apabila anda tak dapat hidup rukun bahkan dengan diri Anda diri sendiri, bagaimana anda dapat hidup rukun dengan orang lain? Situasi yang tidak menyenangkan muncul dan tiada kesabaran terhadapnya. Bila demikian halnya, orang akan meninggalkan pusat meditasi. Ia akan digiring oleh setiap tingkah pola lobha dan dosa.

Tak sanggup bersabar, bahkan sedikit saja tidak. Setiap hal harus sesuai dengan selera sendiri, sesuai keinginan sendiri. Semua keinginannya harus di penuhi. Bila seseorng masih saja mengikuti tingkah dosa, keinginan-keinginannya dapat di penuhi di neraka.

Raihlah berkah dari Buddhasasana dengan mengutamakan pemberian dana, mengamalkan sila serta mengembangkan pandangan terang melalui samatha- vipassana. Tekun mengamalkan hanya kusala kamma saja. Jangan memberi kesempatan lobha dan dosa menyelinap masuk, berlatihlah secara tekun untuk mengikis keadaan batin akusala demikian.

Setiap gerakan tangan, kaki, kepala, mulut dan sebagainya, tindakan apapun, yang terpenting adalah seseorang dapat menumbuh-kembangkan kebajikan. sangat memperhatikan hal makan, tidur dan perolehan kekayaan; ketika apa yang diinginkan tidak terwujud, ia melakukan protes keras. Protes seperti ini merupakan sikap yang salah. Ini bukanlah ciri seorang yang berbudi luhur.

Apabila hidup dengan kesadaran dan kebijaksanaan, sikap mental demikian takkan ada. Bila hidup dengan metta, seseorang dapat lebih bersabar terhadap orang lain, lebih mudah memaafkan orang lain. sebatang pohon akan memberikan keteduhan kepada penebang pohon sampai akhirnya dirinya ditumbangkan. Sepotong kayu cendana akan terus menyebarkan wanginya sampai terbakar habis menjadi abu, kepada orang yang menyulutnya. Begitu pula seorang makhluk berbudi luhur masih akan terus memberikan pertolongan kepada penyerangnya sampai akhir hayatnya.

Sang Bodhisatta dalam kelahirannya sebagai seekor raja kera, menolong pemburu yang jatuh ke dalam sebuah parit besar. karena kehabisan tenaga setelah mengeluarkan pemburu ini, ia beristirahat sebentar di pangkuan sang pemburu. Pemburu tersebut berpikir, hari itu ia tidak berhasil menagkap apa-apa, daging keralah yang akan dibawanya pulang kerumah. Dengan sebongkah batu, pemburu ini menghantam kepala Sang Bodhisatta, mencederai kepalanya. Bayangkan betapa kejinya si pemburu terhadap kera yang telah menyelamatkan jiwanya. Sang Bodhisatta menyadari niat pemburu ini lalu menyelamatkan diri ke puncak pohon. Jika ia meninggalkan si pemburu begitu saja, si pemburu akan dimangsa harimau. Oleh sebab itu Sang Bodhisatta menyuru pemburu ini mengikuti bekas ceceran darahnya di tanah sehingga terselamatkanlah si pemburu tersebut.

Seorang makhluk berbudi luhur adalah seorang yang akan memberikan pertolongan bahkan kepada penyerangnya, dengan keringat dan darahnya sendiri. Untuk menjadi seperti ini, Anda harus memupuk batin yang luhur sepanjang hidup Anda. Di sini (tempat meditasi) Anda hidup di antara makhluk-makhluk berbudi luhur, seorang makhluk berbudi luhur bukan hanya bajik pada saat pihak lain pun lurus. Apakah pihak lain baik atau jahat, seorang manusia bajik sejati akan hidup secara lurus.

Seseorang bermeditasi untuk menjadi manusia baik, mengembangkan kebijaksanaan dan hati yang baik. Ketika pandangan terang sudah mulai ditumbuhkan, pencemar batin, egoisme takkan hadir. Seseorang takkan berusaha melanggar tata peraturan. Sebaliknya ia akan berusaha keras membantu meningkatkan kesejahteraan pihak lain.

Sadhu ! Sadhu ! Sadhu!
Wejangan (ovada) ini diberikan kepada semua yogi (meditator) yang memberikan penghormatan menjelang memasuki vassa.



NB : Wejangan Shwe U Min Sayadaw
(15 Sept 1913 - 20 Nov 2002)

- Semasa hidupnya beliau adalah Ovadacariya (Guru Penasihat) Utama dari Pusat Meditasi Mahasi (Mahasi Sasana Yeiktha)

Related Post :

0 comments: