Saat ini kita hidup di alam manusia. Namun, masa hidup manusia sangat singkat. Apabila kehidupan ini telah berlalu, Kita tak tahu di alam mana akan dilahirkan kembali. Kebanyakan orang tidak suka memikirkan singkatnya kehidupan manusia. Mereka tenggelam dalam apa yang mereka alami melalui pintu-pintu inderanya dan banyak dari pengalamannya ini mereka merasa senang dan tidak senang.
Namun kita harus menyadari bahwa rasa suka dan tidak suka itu hanyalah gejala mental yang muncul karena kondisi dan kemudian akan lenyap. Kehidupan ini merupakan serangkaian fenomena yang muncul dan kemudian lenyap kembali (timbul dan tenggelam).
Banyak agama-agama mengajarkan tentang surga dan neraka. Dalam hal apa agama Buddha berbeda? Apakah kita hanya percaya surga dan neraka ‘tok’? Melalui ajaran Sang Buddha kita belajar untuk mengetahui kesunyataan, mempelajari sebab dan akibat dalam kehidupan. Setiap sebab akan membawa hasil yang sesuai. Orang melakukan perbuatan-perbuatan baik dan buruk, dan perbuatan-perbuatan ini memberikan hasil-hasil yang berbeda. Perbuatan-perbuatan inilah yang menyebabkan kelahiran dalam alam kehidupan yang berbeda-beda. Terlahir di satu alam yang menyedihkan merupakan akibat dari perbuatan buruk dan terlahir di satu alam menyenangkan merupakan akibat dari perbuatan baik. Perbuatan-perbuatan baik dan perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukan memiliki banyak tingkatan perbedaan. Hal ini menyebabkan hasil dari perbuatan-perbuatan tersebut memiliki banyak tingkatan perbedaan pula. Terdapat beberapa tingkat alam-alam yang menyedihkan, demikian pula dengan alam-alam yang menyenangkan.
Dunia binatang adalah satu alam yang menyedihkan, demikian juga alam setan, alam neraka dan alam asura. Namun kehidupan di alam-alam ini tidak kekal (permanen). Setelah masa hidup di alam menyedihkan ini berlalu, mereka dapat saja terlahir di alam lainnya.
Lahir sebagai manusia adalah satu kelahiran yang menyenangkan. Dalam alam manusia terdapat kesempatan untuk mengembangkan kebaikan (kusala). Seseorang dapat mempelajari Dhamma dan belajar mengembangkan Jalan yang membawa kepada hancurnya kekotoran batin serta akhir dari kelahiran dan kematian. Terlahir di alam manusia merupakan hasil perbuatan baik (kusala vipaka), tetapi selama masa hidup di alam manusia mereka akan menerima hasil perbuatan baik dan buruk yang mereka lakukan pada masa lampau. Tiap orang mengalami hasil-hasil yang berbeda dalam hidupnya: terdapat keuntungan dan kerugian, terhormat dan tak dihormat, dipuji dan dicela, suka dan duka. Tiap orang dilahirkan di satu keluarga yang merupakan kondisi yang tepat baginya untuk mengalami/menerima hasil perbuatan-perbuatannya. Perbuatanlah yang menyebabkan seseorang mengalami sesuatu yang menyenangkan atau tidak menyenangkan melalui mata, telinga, hidung, lidah dan sentuhan badan.
Alam menyenangkan lainnya yaitu alam surga (alam dewa, rupa brahma, dan arupa brahma). Di alam surga lebih banyak diterima hasil perbuatan-perbuatan baik (kusala vipaka), dan lebih sedikit diterima hasil perbuatan buruk (akusala vipaka). Masa hidup di alam surga sangat panjang, namun juga tidak kekal. Satu saat setelah masa hidup di alam surga berlalu terdapat kemungkinan untuk terlahir di alam lainnya.
Manusia cenderung menduga-duga (berspekulasi) tentang tempat di mana mereka akan dilahirkan kembali. Apakah kita menyukai dilahirkan di alam manusia? Kita melekat pada kehidupan di alam manusia dan kita tidak selalu menyadari banyak saat-saat hasil perbuatan buruk (akusala vipaka), kita cenderung untuk menerima dunia ini: Kita di ancam oleh malapetaka seperti perang dan kelaparan, kesakitan, usia tua dan kematian. Beberapa orang lebih suka terlahir kembali di salah satu alam surga, mereka menyukai mengalami sesuatu yang menyenangkan melalui indera-inderanya. Seseorang boleh berharap untuk terlahir kembali di salah satu alam surga, tetapi apakah akan terjadi atau tidak sepenuhnya tergantung dari perbuatan orang itu. Lahir adalah hasil, kelahiran tak akan terjadi tanpa sebab. Apabila seseorang banyak melakukan perbuatan baik, orang tersebut menanam sebab-sebab yang akan memberikan hasil yang baik, tetapi tak ada cara untuk mengetahui kapan hasil tersebut diterima, hal ini tak dapat dikontrol.
Apakah kita takut mati? Kebanyakan orang ingin memperpanjang kehidupannya. Mereka takut akan kematian karena mereka merasa tidak tentu akan masa mendatangnya. Apabila seseorang bukan makhluk suci (Ariya), maka masih mungkin terlahir kembali di alam neraka. Kita tidak menyukai untuk berpikir tentang kelahiran kembali di alam menyedihkan, namun mungkin ada perbuatan-perbuatan kita di masa lampau yang masih dapat menyebabkan untuk dilahirkan kembali di alam neraka. Bahkan Bodhisatva pun pada satu kehidupannya yang lampau pernah terlahir di alam neraka. Tak ada manfaatnya berpikir tentang neraka dengan disertai kebencian dan rasa takut, tetapi berpikir tentang neraka sangat menolong apabila hal ini mengingatkan kita untuk mengembangkan kebaikan (kusala) pada saat sekarang, daripada kita mengembangkan yang buruk (akusala).
Menjadi subyek untuk dilahirkan adalah sesuatu yang berbahaya. Tidak dilahirkan kembali di salah satu alam adalah jauh lebih baik daripada dilahirkan kembali di alam surga, meskipun di alam surga yang tertinggi. Apabila seseorang tidak mau dilahirkan kembali, maka ia seharusnya mengetahui dan mengerti Empat Kebenaran Ariya; menyadari hal ini, akan membawanya kepada akhir dari kelahiran kembali.
Sumber : Abhidhamma in Daily Life oleh Nina van Gorkom
DHAMMA STUDY GROUP, BOGOR
Banyak agama-agama mengajarkan tentang surga dan neraka. Dalam hal apa agama Buddha berbeda? Apakah kita hanya percaya surga dan neraka ‘tok’? Melalui ajaran Sang Buddha kita belajar untuk mengetahui kesunyataan, mempelajari sebab dan akibat dalam kehidupan. Setiap sebab akan membawa hasil yang sesuai. Orang melakukan perbuatan-perbuatan baik dan buruk, dan perbuatan-perbuatan ini memberikan hasil-hasil yang berbeda. Perbuatan-perbuatan inilah yang menyebabkan kelahiran dalam alam kehidupan yang berbeda-beda. Terlahir di satu alam yang menyedihkan merupakan akibat dari perbuatan buruk dan terlahir di satu alam menyenangkan merupakan akibat dari perbuatan baik. Perbuatan-perbuatan baik dan perbuatan-perbuatan buruk yang dilakukan memiliki banyak tingkatan perbedaan. Hal ini menyebabkan hasil dari perbuatan-perbuatan tersebut memiliki banyak tingkatan perbedaan pula. Terdapat beberapa tingkat alam-alam yang menyedihkan, demikian pula dengan alam-alam yang menyenangkan.
Dunia binatang adalah satu alam yang menyedihkan, demikian juga alam setan, alam neraka dan alam asura. Namun kehidupan di alam-alam ini tidak kekal (permanen). Setelah masa hidup di alam menyedihkan ini berlalu, mereka dapat saja terlahir di alam lainnya.
Lahir sebagai manusia adalah satu kelahiran yang menyenangkan. Dalam alam manusia terdapat kesempatan untuk mengembangkan kebaikan (kusala). Seseorang dapat mempelajari Dhamma dan belajar mengembangkan Jalan yang membawa kepada hancurnya kekotoran batin serta akhir dari kelahiran dan kematian. Terlahir di alam manusia merupakan hasil perbuatan baik (kusala vipaka), tetapi selama masa hidup di alam manusia mereka akan menerima hasil perbuatan baik dan buruk yang mereka lakukan pada masa lampau. Tiap orang mengalami hasil-hasil yang berbeda dalam hidupnya: terdapat keuntungan dan kerugian, terhormat dan tak dihormat, dipuji dan dicela, suka dan duka. Tiap orang dilahirkan di satu keluarga yang merupakan kondisi yang tepat baginya untuk mengalami/menerima hasil perbuatan-perbuatannya. Perbuatanlah yang menyebabkan seseorang mengalami sesuatu yang menyenangkan atau tidak menyenangkan melalui mata, telinga, hidung, lidah dan sentuhan badan.
Alam menyenangkan lainnya yaitu alam surga (alam dewa, rupa brahma, dan arupa brahma). Di alam surga lebih banyak diterima hasil perbuatan-perbuatan baik (kusala vipaka), dan lebih sedikit diterima hasil perbuatan buruk (akusala vipaka). Masa hidup di alam surga sangat panjang, namun juga tidak kekal. Satu saat setelah masa hidup di alam surga berlalu terdapat kemungkinan untuk terlahir di alam lainnya.
Manusia cenderung menduga-duga (berspekulasi) tentang tempat di mana mereka akan dilahirkan kembali. Apakah kita menyukai dilahirkan di alam manusia? Kita melekat pada kehidupan di alam manusia dan kita tidak selalu menyadari banyak saat-saat hasil perbuatan buruk (akusala vipaka), kita cenderung untuk menerima dunia ini: Kita di ancam oleh malapetaka seperti perang dan kelaparan, kesakitan, usia tua dan kematian. Beberapa orang lebih suka terlahir kembali di salah satu alam surga, mereka menyukai mengalami sesuatu yang menyenangkan melalui indera-inderanya. Seseorang boleh berharap untuk terlahir kembali di salah satu alam surga, tetapi apakah akan terjadi atau tidak sepenuhnya tergantung dari perbuatan orang itu. Lahir adalah hasil, kelahiran tak akan terjadi tanpa sebab. Apabila seseorang banyak melakukan perbuatan baik, orang tersebut menanam sebab-sebab yang akan memberikan hasil yang baik, tetapi tak ada cara untuk mengetahui kapan hasil tersebut diterima, hal ini tak dapat dikontrol.
Apakah kita takut mati? Kebanyakan orang ingin memperpanjang kehidupannya. Mereka takut akan kematian karena mereka merasa tidak tentu akan masa mendatangnya. Apabila seseorang bukan makhluk suci (Ariya), maka masih mungkin terlahir kembali di alam neraka. Kita tidak menyukai untuk berpikir tentang kelahiran kembali di alam menyedihkan, namun mungkin ada perbuatan-perbuatan kita di masa lampau yang masih dapat menyebabkan untuk dilahirkan kembali di alam neraka. Bahkan Bodhisatva pun pada satu kehidupannya yang lampau pernah terlahir di alam neraka. Tak ada manfaatnya berpikir tentang neraka dengan disertai kebencian dan rasa takut, tetapi berpikir tentang neraka sangat menolong apabila hal ini mengingatkan kita untuk mengembangkan kebaikan (kusala) pada saat sekarang, daripada kita mengembangkan yang buruk (akusala).
Menjadi subyek untuk dilahirkan adalah sesuatu yang berbahaya. Tidak dilahirkan kembali di salah satu alam adalah jauh lebih baik daripada dilahirkan kembali di alam surga, meskipun di alam surga yang tertinggi. Apabila seseorang tidak mau dilahirkan kembali, maka ia seharusnya mengetahui dan mengerti Empat Kebenaran Ariya; menyadari hal ini, akan membawanya kepada akhir dari kelahiran kembali.
Sumber : Abhidhamma in Daily Life oleh Nina van Gorkom
DHAMMA STUDY GROUP, BOGOR
0 comments:
Post a Comment