DbClix
SentraClix

Sunday, December 27, 2009

Hukuman Moggallana

Dunia beserta semua makhluk terhubung dan diatur oleh hukum universal: karma. Tidak peduli bagaimana seseorang hidup pada kehidupan mereka saat ini, setiap perbuatan jahat atau kebajikan dari masa lalu akan berbuah di masa sekarang. Sejarah penuh dengan kisah-kisah seperti itu ... ini adalah salah satu dari mereka ...


Pada masa lalu di India kuno, hiduplah seorang pemuda, anak tunggal dalam keluarganya. Dia anak yang berbakti, rajin bekerja keras dan juga mau mengerjakan semua tugas-tugas rumah tangga. Karena orang tuanya semakin tua, beban kerjanya meningkat. Orang tuanya mendesak agar mencari seorang istri untuk membantunya dalam pekerjaan, tetapi ia menolak dan bersikeras untuk melakukan pekerjaan sendiri. Setelah permintaan terus menerus dari ibunya akhirnya ia menikah.

Mula-mula istrinya membantu merawat orang tuanya, lama kelamaan ia semakin memusuhi orang tuanya. Dia mengeluh kepada suaminya, tetapi tidak ditanggapi. Suatu hari, ketika ia keluar rumah, ia menemukan sampah yang berserakan di dalam dan menyalahkan mertuanya, yang sekarang buta. Setelah terus-menerus mengeluh dan menekan, suaminya mengalah dan setuju untuk berunding dengan orang tuanya.

Dia mengatakan kepada orangtuanya bahwa keluarga mereka di tempat lain ingin melihat mereka, ia membawa mereka dengan sebuah gerobak melalui hutan. Ditengah hutan, ia turun dan berjalan, memberitahu orang tuanya bahwa ia sedang melihat perampok, yang biasa di daerah itu. Pria muda itu kemudian mengganti logat suara dengan teriakan perampok, berpura-pura menyerang kereta. Orangtuanya, karena cinta terhadap anaknya, menyuruh anaknya menyelamatkan diri, karena mereka sudah tua dan buta. Mereka memohon para 'perampok' untuk membebaskan anaknya. Saat berteriak pergi, pemuda itu memukuli dan membunuh orang tuanya. Dia kemudian meninggalkan jasad orang tuanya di hutan dan kembali pulang.

Ribuan tahun kemudian, sekitar 500 SM, Buddha Shakyamuni telah mengajar dan menyebarkan Dharma di seluruh India. Shakyamuni memiliki banyak murid. Di antara sepuluh murid laki-laki adalah Moggallana (di Tiongkok dia sering dikenal sebagai Mujianlian). Moggallana telah mencapai buah status Arhat melalui kultivasi dan memiliki kemampuan supernormal paling banyak. Sedangkan murid-murid lainnya hanya memiliki satu atau dua kemampuan, Moggallana telah memiliki enam kekuatan supernormal. Kekuatan yang paling spektakuler adalah kemampuannya untuk berubah wujud sesuai yang ia inginkan.

Suatu hari Shakyamuni memimpin lima ratus murid berkunjung ke Surga Tavatimsa. Dalam perjalanan, Naga besar mengganggunya, Nando-pananda adalah seorang raksasa King Cobra. Nando-pananda bersumpah untuk mengganggu Shakyamuni ssat kembali, dan menyembunyikan dirinya di sekitar gunung Semeru yang besar. Setelah mereka kembali, salah satu murid, yang sering bepergian ke daerah itu, menemukan betapa anehnya dia tidak bisa melihat Gunung Semeru. Shakyamuni memberitahunya bahwa Naga telah membungkus dirinya di sekitar gunung. Setelah mendengar hal ini banyak murid yang menawarkan diri untuk menaklukkan hewan besar itu. Tapi Shakyamuni menyadari kekuatan ular, menolak permintaan mereka dan hanya mengizinkan Moggallana menghadapi makhluk tersebut.

Moggallana mengubah dirinya menjadi ular besar melawan ular kobra. Nando-pananda menyemburkan racun, Moggallana mengirimkan semburan racun juga. Dua semburan menimbulkan ledakan besar. Naga kemudian menyemburkan api ke Moggallana, Moggallana membalasnya dengan semburan api yang lebih besar, dan melukai kobra. Moggallana sendiri tidak terluka. Ia kemudian berubah menjadi kecil, masuk dari telinga kanan si Naga dan keluar ditelinga kiri, lalu naik lubang hidung kanan dan turun lewat hidung kiri. Kemudian merayap di tenggorokan Nando-pananda dan berjalan diatasnya menuju bagian dalam ular besar. Dari kepala ke ekor, ekor ke kepala. Ular sangat marah karena ususnya terganggu dan berencana memeras Moggallana sampai mati begitu ia muncul. Tapi Moggallana bisa lolos tanpa diketahui. Ular menembakkan racun lain kepadanya, tetapi ia tidak terpengaruh. Shakyamuni kemudian memberikan Moggallana kekuatan untuk menaklukkannya. Ia berubah menjadi Garuda, elang langit raksasa, yang merupakan musuh bebuyutan Naga. Naga mencoba melarikan diri tetapi elang besar menangkapnya dan membawanya ke Shakyamuni. Nando-pananda memohon belas kasihan dan ingin menjadi muridnya. Shakyamuni mengatakan bahwa Buddha penuh belas kasih, dan menerima permintaannya.

Selang beberapa tahun, karena apa yang disampaikan Shakyamuni adalah jalan yang lurus, ajarannya dengan cepat memperoleh popularitas. Banyak aliran lama dan agama telah menjadi korup serta merosot sehingga kehilangan pengikut kemudian beralih menjadi pengikut Budha Shakyamuni. Moggallana dengan mata surgawi mengamati bahwa pengikut Buddha yang luhur mendapatkan surga, sementara pengikut sekte korup jatuh ke neraka, dibawah manusia. Kemampuannya untuk melihat efek dari karma dan bidang lain, disertai kemampuan mengajar-Nya yang besar mendorong banyak murid untuk berjalan di jalan Buddha.

Di Magadha, Orde Jain adalah pemimpin kelompok selanjutnya setelah kematian pendiri mereka dan merasa tersaingi dengan Monggalana dan agama Buddha. Kelompok Jain ini sangat marah karena mereka kehilangan harga dirinya dan berencana untuk menyingkirkan Moggallana. Mereka tidak mampu melihat kekurangan sendiri, hanya menyalahkan orang lain, mereka iri hati dan benci pada Moggallana. Tidak berani melakukan perbuatan sendiri, takut ketahuan, mereka menyewa pembunuh untuk membunuh dia. Pada waktu itu Moggallana tinggal sendirian dan bertapa di sebuah gubuk di Kalasila dekat Rajgir kuno. Moggallana merasakan sudah mendekati akhir kultivasinya, dan merasa tubuh ini hal terakhir yang dia gunakan di dunia ini.

Saat mengetahui pembunuh mengintainya; Moggallana menggunakan kekuatan supernormalnya dan menghilang. Pembunuh kehilangan jejak dan akhirnya pergi. Moggallana tidak khawatir terhadap dirinya sendiri, tetapi ia memahami bahwa jika para pembunuh itu membunuh seorang Arhat, mereka akan jatuh ke neraka mengalami penderitaan raksasa. Dia mengharapkan mereka terhindar dari nasib yang mengerikan. Pembunuh yang sudah mabuk uang terus mencari Moggallana selama enam hari berturut-turut, dan setiap kali Moggallana menghilang. Pada hari ketujuh, para pembunuh datang lagi, Moggallana siap untuk menghilang, tapi ternyata ia telah kehilangan kekuatannya ...

Para pembunuh menemukannya, menyerang dia sampai jatuh ke tanah, dan memukul Moggallana bertubi-tubi. Mereka mematahkan lengan, kaki dan meninggalkan dia terkapar bermandikan darah. Pembunuh bayaran itu terkejut dengan apa yang mereka lakukan, namun karena ingin imbalan, akhirnya pergi secepat mungkin. 


Moggallana memiliki kekuatan fisik dan mental sangat besar, ia belum meninggal. Dia menggunakan kekuatannya yang terakhir ke tempat Shakyamuni. Ia melakukan penghormatan terakhir kepada Sang Buddha dan meminta izin untuk Parinibbana (wafat). Setelah itu, Moggallana akhirnya menghembuskan napas dan mencapai nirwana.

Para Bhikku dan umat lainnya terkejut serta marah atas kematian guru kesayangan mereka. Bahkan Raja memerintahkan penyelidikan pembunuhan dan menangkap pembunuh. Pelaku tertangkap dan memberitahu kepadanya bahwa mereka telah dipekerjakan oleh Jain Magadha. Sang Raja memerintahkan Jain disiksa dan dihukum mati, sesuai dengan undang-undang saat itu bagi pembunuh.

Para murid bertanya kepada Shakyamuni mengapa Monggalana harus menghadapi kematian yang begitu tragis. Shakyamuni menjelaskan ... di masa lalu, Moggallana telah melakukan dosa yang paling besar. Dia telah membunuh orangtuanya sendiri. Moggallana adalah anak muda di awal kisah ini yang telah begitu kejam memukuli dan membunuh orangtuanya yang buta. Pembunuhan orang tua dianggap sebagai salah satu dari lima dosa mematikan dalam Buddhisme. Shakyamuni menjelaskan bahwa Moggallana sebelum masa kehidupan ini telah menderita di neraka selama ribuan tahun, bahkan setelah lahir di kehidupan ini dan telah berhasil mencapai tingkat kesucian Arhat, ia tak punya pilihan selain mengalami kematian tragis akibat kekerasan yang sama yang dialami orang tuanya beberapa ribu tahun lalu. Meskipun banyak perbuatan besar yang dilakukan, menyelamatkan banyak orang, dan kemampuan supernormal yang besar, Moggallana tidak bisa melepaskan diri dari hutang karma. Shakyamuni mengajarkan murid-muridnya untuk tidak putus asa atau sedih karena kejadian tragis yang dialami Monggalana, karena sekarang Monggalana telah lepas dari tubuhnya dari beban yang terakhir dan akhirnya mencapai nirwana.(erabaru/art)

Related Post :

0 comments: