DbClix
SentraClix

Sunday, June 07, 2009

Pemanasan Global Bisa Ubah Pola Badai

SEBUAH penelitian menunjukkan bahwa badai tropis yang terjadi melesatkan air ke dalam atmospher. Hasil penelitian itu boleh jadi bukanlah sesuatu yang luar biasa. Walaupun itu dianggap sepele tetapi kontribusinya besar terhadap dampak emisi rumahkaca.
“Garis dasarnya adalah karena badai tropis itu tidak bisa dihempang sebagaimana perubahan cuaca global. Itu ada kemungkinan semacam feedback”, ujar David Romps yang mengepalai peneltian dari Harvard University itu.

Selama beberapa dekade, kalangan ilmuwan telah dipusingkan oleh dua misteri atmospher: Uap air kurang di bagian atas atmospher dibanding yang seharusnya secara teori, ujar ilmuwan atmospher Columbia University Timothy Hall. Tetapi di bagian lain ada yang lebih dari yang seharusnya.
Dua fenomena tersebut dikaitkan dengan cara perubahan temperatur dari satu level atmospher ke perubahan selanjutnya. Di troposphere, yang berasal dari bawah ke atas hingga sekitar lima mil, udara semakin dingin kalau semakin tinggi.
Di stratosphere yang mulai dari akhir troposphere, kejadiannya adalah sebaliknya: Udara semakin panas kalau posisi semakin tinggi. Batas antara troposphere dan stratosphere, disebut tropopause, pada posisi itu temperatur udara paling dingin.
Di trpopause berisi awan dan air yang kondisinya semakin dingin dan semakin berat dibanding udara sekelilingnya yang cenderung tetap. Di troposphere karena relatif hangat dan udara ringan stratosphere mendorong air ke arah bawah.
Tropopause karena sedemikian dinginnya, uap air apapun yang sampai kesana akan jatuh keluar dalam bentuk es sebelum bisa mencapai stratosphere. Kedua dampak inilah yang membuat stratosphere kering.
Stratosphere bahkan lebih kering dibanding -oleh kalangan ahli mencurigainya -yang seharusnya. Pada waktu yang sama, setelah kalangan ilmuwan melakukan pengukuran telah terjadi peningkatan sebesr 50 persen uap air di stratosphere dalam 50 tahun terakhir.

MENINGKATKAN

Kalangan peneliti menduga badai-badai tropis kemungkinan meningkatkan hantamannya melalui stropause dan melesatkan uap air lebih tinggi memasuki atmosphere. Stratosphere cuku phangat untuk memperangkap embun, demikianmenurut sejumlah teori, pola-pola sirkulasi kemudian membawa uap dari wilayah tropis ke kutub. "Semua ini adalah bukti bahwa perubahan iklim bisa mengubah intensitas atau frekwensi badai tropis. Kami kini sedang meneliti dampak apa badai tropis bisa pengaruhi terhadap iklim”, ujar Romps.
Untuk mengujicoba teori ini, Romps dan rekannya Zhiming Kuang melihat data selama 23 tahun yang diperoleh dari satelit untuk mengukur temperatur awan pada badai. Catatan temperatur juga menyebut ketinggian awan.
Peta yang mereka buat, dipublikasikan di Geophysical Research Levels, menunjukkan bahwa badai-badai tropis tercatat sampai 15 persen dari uap air yang melesat masuk ke stratosphere dan 30 persen uap air yang melesat paling tinggi, yaitu sekitar 1,5 kilometer di atas treoposphere. "Ini tidak hanya bersipat akademis. Uap air merupakan gas rumahkaca. Jadi, perubahan uap air potensial terjadinya pemanasan global dan itu sangat penting", ujar Hall.
Lebih lanjut Hall mengatakan, uap air yang bertambah di stratospheric kontribusinya sangat kecil ke pemanasan dibanding menjadi emisi karbon dioksida. Dengan pengertian, tugas baru itu menambah sepotong kecil kepusingan bagi kami untuk memahami kekuatan dibelakang perubahan iklim. (es/msnbc/ar-analisadaily.com)

Related Post :

0 comments: